DESTARASTRA masih menyimpan dendam kepada para Pandawa karena semua anaknya mati terbunuh di Padang Kurusetra. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena buta matanya.

Dendam membara saat melihat Werkudara memboyong saudara-saudaranya ke Hastina. Ia merangkul satu per satu para Pandawa. Ketika sampai giliran Werkudara, ia merangkul pundaknya.

Werkudara waspada, karena nasehat Kresna. Ia memikul gada rujak polo. Destarastra memiliki aji lebur geni di telapak tangannya. Ia meremas pundak Werkudara. Ia ingin membalas dendam atas kematian anak-anaknya.

“Mati kamu… Werkudara!!!. Rasakan aji lebur geni…!!!” Seketika gada rujak polo yang dipanggul Werkudara luluh lantak hancur berkeping diremas oleh Destarastra.

Karena ia buta, ia tidak tahu bahwa yang dipegang bukan Werkudara tetapi gada rujak polo. Karena ketahuan niat jahatnya, Destarastra dan Gendari pergi meninggalkan Hastina dengan rasa malu.

Bukan damai yang ditinggalkan di Hastina, tetapi keributan, pertentangan dan perselisihan di antara saudara. Puntadewa menyalahkan adiknya karena mempermalukan Destarastra dengan cara menipunya.

Dalam sabda perpisahan-Nya, Yesus meninggalkan para murid dengan damai. “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu. Dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Jangan gelisah dan gentar hatimu.”

Kepergian Yesus tidak meninggalkan ketakutan, kegelisahan, kesedihan atau kesengsaraan, tetapi memberi harapan kepada para murid, bahwa Ia akan menyediakan tempat di rumah Bapa-Nya.

Yesus sangat mengasihi murid-murid-Nya. Ia meninggalkan damai sejahtera kepada mereka. Ia menyampaikan rasa tulus ikhlas kasih-Nya kepada murid-murid-Nya. Ia rela menghadapi salib karena dengan itu Ia menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa dan kasih-Nya kepada manusia.

Perpisahan Yesus dengan murid-murid-Nya dikenang sepanjang masa. Ia mengadakan perjamuan dengan mereka. Ia membasuh kaki para murid-Nya. Ia menyampaikan salam perpisahan penuh kasih dan harapan, bahwa kelak mereka akan berkumpul kembali di rumah Bapa-Nya.

Perpisahan bukan akhir, tetapi Ia berjanji akan datang kembali dalam kemuliaan. Sungguh perpisahan yang manis. Kematian Yesus untuk kehidupan kita. Pengorbanan membawa damai. Perpisahan untuk berjumpa di sorga.

Untuk melawan virus corona
Jangan pergi kita di rumah saja
Yesus pulang ke rumah Bapa
Ia memberi damai sejahtera

Cawas, masa depan ceria….
Rm. A.Joko Purwanto Pr