Musuh dalam Selimut

BETAPA sedih Mohamad Ali ketika dia harus berhadapan dengan teman sparing partnernya sendiri.

Pada 2 Oktober 1980 di Caesars Pallace Nevada pertarungan tinju terjadi antara Mohamad Ali dengan Larry Holmes. Padahal Holmes adalah teman berlatih setiap hari.

Waktu itu Mohamad Ali dipukul KO oleh Larry Holmes di ronde 11.

Peristiwa yang sangat memilukan karena Holmes adalah orang yang dibesarkan oleh Mohamad Ali. Dia hidup bersama dalam setiap latihan di ring tinju.

“Suatu saat kamu akan mengalami hal yang sama seperti aku.” Kata Ali.

Dan pada 22 Januari 1988 Mike Tyson membalaskan dendam Ali ketika dia memukul KO Larry Holmes pada ronde ke 4 di Convention Hall, New Jersey.

Larry Holmes adalah musuh dalam selimut bagi Mohamad Ali.

Kalimat pepatah ini mau mengatakan bahwa orang yang ada di dekat kita justru adalah musuh kita sendiri.

Kita tidak menyadarinya karena bisa jadi dia adalah orang kepercayaan kita. Dia sangat paham tentang kehidupan kita. Dia mengetahui semua rahasia dapur kita.

Dia berlagak dan berperilaku sangat baik dengan kita, tetapi di belakang dia sangat membenci kita. Bahkan berusaha keras untuk menjatuhkan kita.

Dengan diam-diam dan sembunyi-sembunyi dia menunggu kejatuhan kita.

Yang menyedihkan lagi, musuh dalam selimut ini berasal dari kalangan terdekat kita sendiri. Orang kepercayaan kita, teman sparing partner kita. Tangan kanan kita.

Dalam Injil Yesus sudah mengingatkan kepada murid-murid-Nya ketika Dia membasuh kaki mereka.

“Aku tahu siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.”

Di antara dua belas murid-Nya itu ada yang akan berkhianat. Diantara mereka yang duduk makan bersama, dia yang akan mengangkat tumitnya melawan Yesus. Dia adalah musuh dalam selimut.

Yudas adalah satu dari sahabat-sahabat Yesus. Yudas adalah orang yang dipercaya pegang kas kelompok. Tetapi dia justru menjadi musuh dalam selimut.

Musuh dalam selimut itu bisa kita jumpai di dalam organisasi, komunitas, grup, pekerjaan, kantor, dan dalam relasi pertemanan kita.

Orang yang sangat kita percaya, menjadi tangan kanan kita, sangat tahu dan paham tentang kehidupan kita, bisa menjadi orang yang tega menusuk dari belakang.

Banyak persahabatan menjadi hancur karena ada musuh dalam selimut. Dia adalah teman yang tega membuat lubang jebakan untuk kita.

Dia lebih suka mengorbankan teman sendiri, dan berani mengambil keuntungan bagi dirinya daripada setia dan loyal kepada yang telah membesarkannya.

Pertanyaan untuk refleksi: pernahkah anda punya pengalaman dikhianati oleh teman sendiri? Bagaimanakah sikap anda terhadapnya?

Mari kita belajar dari cara Yesus menghadapi musuh dalam selimut.

Malam kelam dan gelap gulita,
Hanya ada satu bintang di angkasa.
Betapa sedih dan sangat terluka,
Jika teman tega mengkhianati kita.

Cawas, sahabat sejati…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr