PEPATAH itu berarti timun wungkuk (buah mentimun yang bengkok) , jaga imbuh (dipakai untuk jaga-jaga kalau timbangannya kurang sebagai tambahan).

Timun yang bengkok disiapkan untuk tambahan bagi pembeli. Pepatah ini menggambarkan seseorang yang dianggap punya kekurangan dan hanya diperhitungkan sebagai pelengkap.

Hal ini bisa dipandang secara positif dan negatif. Kalau dianggap negatif jika seseorang dinilai berbeda atau tidak dihargai setara dengan yang sempurna.

Dipandang positif jika yang tidak sempurna ini diberi kesempatan yang sama dengan yang lainnya. Kendati mempunyai kekurangan namun di baliknya juga ada kelebihan.

Walaupun secara lahiriah ada cacat, namun kepribadiannya bisa punya kelebihan-kelebihan yang berharga.

Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, “Janganlah kalian menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadaka hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”.

Menggenapi disini bukan seperti timun wungkuk yang hanya tambahan saja. Kata menggenapi berarti mewujudkan suatu nubuat atau firman Allah.

Menggenapi juga berarti melaksanakan sesuatu secara sempurna. Menggenapi menurut Matius di sini menyangkut kedua-duanya.

Tidak ada nas yang dibatalkan atau disingkirkan. Tak satu pun ayat yang dihapus atau ditiadakan.

Yesus menggenapi berarti membuat sesuatu terjadi. Apa yang dahulu dinubuatkan sekarang terlaksana dalam diri Yesus.

Kita juga bisa menjadi alat Yesus untuk menyempurnakan sabdaNya menjadi tindakan nyata. Misalnya sabda Yesus tentang mengasihi sesama terutama yang kecil, lemah dan tersingkir.

Bagaimana kita bisa mendahulukan atau mengutamakan yang cacat untuk mengakses fasilitas-fasilitas umum. Di situlah kita ikut menggenapi sabda Yesus. Kalau ada orangtua yang sudah lanjut dan ringkih, kita buru-buru menolongnya.

Ke Jogja membeli bakpia
Gathot thiwul ada di Wonosari
Mengikuti Yesus selamanya
Wujudkan cintaNya setiap hari

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr