DALAM jejer pewayangan, ki dalang menggambarkan kemurahan hati sang raja yang memerintah rakyatnya.

Ia mengucapkan janturan, “Lelabuhane sang nata paring kudhung kang kodanan, paring payung kang kepanasan, paring teken wong kaluyon, paring boga wong kaluwen, paring sandang wong kawudan, maluyakaken sesakit miwah karya sukaning para prihatin.”

Kemurahan hati raja itu digambarkan dengan sifat-sifatnya yang baik yakni memberi tempat berteduh bagi yang kehujanan, memberi payung bagi yang kepanasan, memberi tongkat bagi yang berjalan di tempat licin, memberi makan yang lapar, memberi pakaian bagi yang telanjang, menyembuhkan yang sakit dan memberikan kebahagiaan bagi yang hidupnya prihatin.

Yesus mengajak murid-muridNya untuk meniru sikap Bapa yang murah hati. :Hendaknya kamu murah hati sebagaimana Bapamu murah hati adanya.”

Bertindak murah hati itu tidak sekedar mengikuti arus umum. Murah hati berarti bertindak lebih dari sekedar kewajiban semata.

Kalau kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian, apakah jasamu? Kalau kalian memberi pinjaman kepada orang-orang dengan harapan akan memperoleh sesuatu daripadanya, apakah jasamu?

Biasanya orang mengasihi karena dikasihi. Orang memberi karena telah diberi. Orang menolong karena ditolong.

Namun kemurahan hati lebih daripada itu. Ia memberi tanpa pamrih. Ia akan memberi tanpa mengharapkan balasannya. Ia memberi karena hatinya hanya ingin memberi.

Yesus mengajarkan kemurahan hati, “Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada orang yang membenci kalian dan berilah pinjaman tanpa mengharapkan balasan, maka ganjaranmu besar dan kamu akan menjadi anak Allah di surga.”

Sulit? Ya memang sulit, karena yang menjadi tolok ukur adalah Bapa di surga. Tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil. Allah akan memberi sarana bagi mereka yang mau melakukannya.

Di mata Allah selalu ada jalan untuk kebaikan. Ada banyak teladan yakni orang-orang kudus.

Mereka telah berhasil meniru kemurahan hati Allah. Jangan berkata sulit, sebelum anda mencobanya.

Kutilang hinggap di pohon tinggi
Melayang-layang burung tekukur
Belajar untuk murah hati
Diawali dengan hati yang selalu bersyukur

Cawas, suatu sore
Rm. A. Joko Purwanto Pr