HAMBA yang setia dan tulus itu dipuji tuannya. Ia melakukan kerjanya dengan tulus tanpa mengharapkan pujian atau penghargaan. Ia hanya melakukan tugasnya saja.
Ia melakukan tugasnya dengan setia tanpa menunggu diperintah oleh atasannya atau tanpa dikontrol oleh pimpinannya. Tugasnya dapat berjalan dengan baik.
Ada karyawan yang bekerja hanya kalau diawasi. Kalau tidak ada pimpinan, ia “leda-lede” seenaknya saja.
Hamba yang baik itu bekerja bukan karena takut pada atasannya. Tetapi karena ia berkomitmen pada tugasnya.
Dalam Injil hari ini Yesus mengajarkan kepada murid-muridNya untuk menjadi hamba yang setia melayani tuannya.
Hamba yang baik senang jika tuannya senang. Bukan dia yang membanggakan dirinya tetapi senang jika melihat tuannya bahagia. Ia tidak egois hanya berpikir untuk dirinya saja.
Saya pernah melihat video yang viral di medsos tentang seorang sopir pribadi dari sebuah keluarga kaya. Sopir itu bertugas mengantar kemana-mana tuannya.
Ia mengantar ke kantor sang suami. Ia mengantar ke mall sang istri tuannya. Juga ia harus mengantar tuan putrinya pergi kuliah. Semua dilakukan dengan sukacita.
Setiap kali mengantar tuannya selalu mengeluh tentang kekurangan sang istri. Setiap kali mengantar sang istri selalu yang didengar keluhan percekcokan dgn suami.
Setiap kali mengantar tuan putrinya kuliah yang didengan keluhannya tentang keluarganya yang tidak rukun. Sopir itu menjadi tempat curhat mereka. Lalu sang sopir punya ide bagus.
Ia meninggalkan setangkai bunga di kursi mobil. Ketika ia mengantar bapak, ia berkata bahwa bunga itu dari ibu.
Ketika ia mengantar ibu, bunga yang ditaruh di mobil itu dari bapak. Ketika ia mengantar anak majikannya, ia memberikan bunga saat ultahnya dengan pesan itu dari orangtuanya.
Sejak itu keluarga itu menjadi rukun dan peduli satu sama lain. Sopir itu merasa sungguh bahagia. Apakah kita sebagai hamba Tuhan juga telah membuat tuan kita bahagia?
Cawas, sedang menanti hujan
Rm. A. Joko Purwanto Pr