IGNATIUS REDES, seorang petani sederhana mempunyai sebidang lahan karet. Ada banyak batang karet yang bisa ditoreh getahnya. Pada musim noreh getah, dia berangkat ke lahan pagi-pagi ketika masih gelap. Biasanya dia mengawali aktivitasnya dengan berdoa. Ia mohon agar Tuhan memberi hasil yang cukup untuk menghidupi keluarga. Bahkan sambil menoreh batang karet, dia “berbicara” dengan Tuhan.

“Saya kadang membayangkan batang karet itu seperti kayu salib tempat Tuhan Yesus tergantung. Saya ini seperti orang berdosa yang melukai dan membuat Yesus sengsara. Sambil menoreh itu saya berdoa kepada Tuhan.” Pak Redes bercerita. Dia selalu bersyukur, hasil kerjanya lumayan untuk hidup keluarganya.

“Dekat dengan Tuhan Yesus itu rasanya bahagia.” Sambungnya lagi. Almarhum Pak Andreas ketua dewan adat yang sangat dihormati di kecamatan pernah bilang, “Redes, kamu itu hebat ya, bisa memimpim ibadat di mimbar, membawakan firman, aktif di gereja. Saya iri sama kamu. Seumur-umur, belum pernah saya berdiri di mimbar gereja.” Walau menjabat sebagai ketua dewan adat, namun tak seuntung seperti Pak Redes yang hanya orang biasa.

Selain bekerja di ladang, menoreh getah karet, dia juga menanam padi di lahannya. Tetapi dia tidak lupa selalu berdoa dan melayani gereja dengan menjadi prodiakon.

Doa dan bekerja itu seperti dua sisi dalam satu mata uang. Keduanya tak bisa dipisahkan. Doa adalah spirit untuk bekerja, bekerja adalah sumber melimpah untuk berdoa.

Dalam Injil dikatakan, “menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan.” Dari siang sampai malam Yesus bekerja. “Keesokan harinya, waktu hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ketempat sunyi, dan berdoa di sana.”

Sepanjang hari Yesus berkarya dan berdoa. Dua-duanya dilakukan bersama-sama. Tidak mungkin yang satu mengalahkan yang lain. Kerja mengesampingkan doa, atau doa menggantikan kerja. Doa dan bekerja itu berjalan seiringan.

Kita sering beralasan, tidak punya waktu untuk berdoa, benarkah? Padahal kita diberi waktu yang sama, 24 jam sehari.

Orang malas saja yang tidak punya waktu untuk berdoa. Maaf jangan tersinggung ya. Kalau tersinggung berarti benar kan?

Musim hujan tanam bunga.
Bunga bank tinggi pajaknya.
Jangan lupa selalu berdoa.
Agar hidup kita bahagia.

Cawas, malam merindu….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr