“Pitulungan”

ANGKA tujuh punya banyak makna dalam kehidupan manusia. Di Jawa, angka tujuh disebut pitu bermakna “pitulungan” atau pertolongan. Syukuran bayi di dalam kandungan diadakan setelah tujuh bulan atau “mitoni.”. Begitu juga seorang anak akan mulai menapakkan kakinya di tanah setelah umur tujuh bulan. Ini disebut ritual “tedhak siten.” Ada doa tujuh hari setelah kematian.

Di China angka tujuh dihubungkan dengan kehidupan gadis. Gigi susu seorang gadis tumbuh pada usia tujuh bulan dan lepas pada usia tujuh tahun. 2 x 7 tahun seorang anak gadis mulai masa puber. 7 x 7 tahun seorang perempuan akan mulai menopause.

Angka tujuh dipercaya sebagai angka sempurna, keberuntungan dan penuh makna.

Mungkin itu juga yang membuat Christiano Ronaldo memilih angka 7 sebagai penggocek bola ternama di dunia.

Dalam Kitab Kejadian, kisah penciptaan selesai pada hari ketujuh. Hari ketujuh itu dikuduskan bagi Tuhan sampai sekarang. Sesudah 7 x 7 tahun diadakan tahun Yobel atau tahun pembebasan.

Dalam Kitab Wahyu, Yohanes banyak menulis angka tujuh. Ada tujuh gereja, tujuh sangkakala, tujuh meterai, tujuh cawan dan malaikat.

Dalam Injil hari ini Yesus membuat mukjijat dengan menggandakan tujuh roti. Dari ketujuh roti itu ada sisa tujuh bakul.

Kisah ini menggambarkan peristiwa ekaristi. Yesus mengambil roti, mengucap syukur dan memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid untuk dibagi-bagikan.

Ekaristi adalah sakramen gereja. Ada tujuh sakramen dalam gereja. Ekaristi adalah sakramen dimana Yesus memberikan diri-Nya bagi keselamatan kita.

Jika hidup kita disemangati oleh ekaristi, maka kita juga tidak segan untuk berbagi. Hidup kita ini adalah pemberian Tuhan.

Hidup kita bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk dibagikan supaya makin banyak berkat. Mari kita semakin menjadi berkat bagi banyak orang.

Pakai masker menutupi pipi.
Senyum lebar tak kelihatan gigi.
Jika hidup kita semakin ekaristi.
Maka kita pun siap untuk berbagi.

Cawas, Gong Xie Fat Choi…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr