ILAH kambing hitam muncul dalam tradisi kitab Imamat 16, tentang kambing jantan untuk penghapusan dosa.

Kambing yang satu dikurbankan bagi Tuhan dan yang satunya dilepaskan demi penghapusan dosa-dosa Israel.

Kata ini lebih berfungsi sebagai metafora, yang merujuk kepada seseorang yang dipersalahkan untuk suatu kemalangan, biasanya sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari sebab-sebab yang sesungguhnya.

Misalnya orang Yahudi yang dijadikan kambing hitam oleh pemerintah Jerman Nazi untuk krisis ekonomi dan politik saat itu.

Andres Escobar dikambinghitamkan sebagai penyebab kekalahan Tim sepakbola Kolombia karena gol bunuh dirinya.

Dia ditembak mati setelah menginjakkan kaki di lapangan terbang Kolombia.

Dalam istilah kita sering disebut “tumbal”. orang atau hewan dibunuh untuk “tumbal” demi terjadinya keselarasan sosial yang telah rusak.

Rene Girard menyebut Yesus menjadi “kambing hitam” agar seluruh bangsa diselamatkan. Ketika terjadi konflik di masyarakat, seorang ditetapkan sebagai penyebab masalah.

Ia diusir atau dibunuh oleh kelompok masyarakat. Orang inilah dikambinghitamkan dan dengan demikian tatanan sosial kembali harmoni.

Dalam Injil hari ini, orang-orang Yahudi terancam oleh kehadiran Yesus. “Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mukjijat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepadaNya, lalu orang-orang Roma akan datang, dan merampas tempat suci kita serta bangsa kita” menghadapi konflik sosial itu, Imam Agung Kayafas memberi solusi dengan pola “kambing hitam”.

Ia berkata, “Lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh banagsa kita ini binasa”. Lebih baik Yesus dikurbankan, dijadikan tumbal atau dikambinghitamkan.

Pola kambing hitam itu sebenarnya sudah ada sejak manusia pertama. Ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, mereka tidak mau dipersalahkan.

Adam melemparkan kesalahan kepada Hawa, istrinya. Hawa juga tidak mau dipersalahkan. Ia mengkambinghitamkan ular yang menggodanya. Ular tak bisa berkutik.

Manusia mempunyai kecenderungan melemparkan kesalahan. Kita juga mempunyai pola itu; melemparkan kesalahan atau tanggungjawab.

Kita “cuci tangan” dari masalah yang dihadapi. Yesus dijadikan tumbal atau kambing hitam agar seluruh dosa kita dihapus oleh Allah.

Kalau hidung pilek jangan disumpeli
Bersihkan saja dengan kapas pas pas pas
Dengan darahNya Yesus berkorban diri
Dosa kita dihapusNya sampai tuntas tas tas tas

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr