“Beroleh Hidup Yang Kekal”
Kawruhana sejatining urip (ketahuilah sejatinya hidup ini).
urip ana jroning alam donya (hidup di dalam alam dunia),
bebasane mampir ngombe (ibarat orang yang singgah untuk minum),
umpama manuk mabur (ibarat burung terbang)
lunga saka kurungan neki (pergi dari kurungannya),
pundi pencokan benjang (dimana hinggapnya kelak).
awja kongsi kaleru (jangan sampai keliru).
umpama lunga sesanja (umpama orang pergi bertandang),
njan-sinanjan ora wurung bakal mulih (saling bertandang, yang pasti bakal pulang),
mulih mula mulanya (pulang ke asal mulanya).
Kitab dalam bahasa Jawa itu menerangkan bahwa hidup yang kekal itu tidak ada di dunia ini. Dunia ini hanya tempat manusia singgah untuk minum.
Ibarat burung yang terbang, ia akan hinggap ke tempat asalnya. Ibarat orang bertamu, ia akan kembali ke asal mula atau rumah abadinya.
Yesus dan Nikodemus saling berdiskusi untuk membuka rahasia kehidupan kekal. Nikodemus hanya membaca huruf-huruf dalam Kitab Taurat, tetapi dia tidak memahami dan mendalaminya.
Maka ia bertanya kepada Yesus, “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” Nikodemus ibarat Resi Durna yang bertanya tentang “sejatining urip” kepada Bima Suci, muridnya.
Yesus balik bertanya, “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?”
Kemudian Yesus “mbabar kawruh sejatining urip” atau menjelaskan rahasia hidup yang kekal. Yesus berbicara tentang hal-hal surgawi karena Ia berasal dari surga, bukan dari dunia.
“Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia.”
Manusia itu aslinya berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Identik dengan ungkapan saudara-saudara kita Muslim, “Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojii’un. Yang artinya “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.”
Salah besar jika kita memutlakkan hal-hal duniawi ini sebagai sesuatu yang langgeng dan sempurna.
Hidup kekal atau hidup yang sempurna itu tidak ada di dunia ini. Dunia kita ini adalah tempat berjuang agar mencapai hidup yang kekal.
Bagaimana caranya? Jawaban Yesus adalah, “Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
Dengan percaya kepada Yesus yang disalib (ditinggikan), maka kita akan mendapat hidup yang kekal. Apakah anda sudah memahami iman yang sangat dalam ini?
Di Jimbung ada legenda bulus,
Yang hidup di batu kerakal.
Dengan percaya pada salib Yesus,
Kita sampai ke hidup kekal.
Cawas, tetap semangat….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr