“Berapa Kali Mengampuni?”
MONSIEGNEUR Bienvenu Myriel berkata kepada Jean Valjean, “Jangan lupa, jangan pernah lupa. Kau semalam bilang akan menjadi manusia baru. Valjean menjawab, “Aku berjanji. Tapi kenapa bapa lakukan ini padaku?”
Uskup berkata, “Jean Valjean, saudaraku. Kau bukan lagi milik kejahatan. Dengan perabotan perak ini aku telah membeli jiwamu. Aku telah menebusmu dari ketakutan dan kebencian. Kini aku mengembalikanmu kepada Tuhan.”
Jean Valjean adalah narapidana yang dibebaskan setelah 9 tahun menjalani kerja paksa. Ia dihukum karena mencuri sebongkah roti. Dalam perjalanan ke Dijon, ia diterima bermalam di rumah uskup. Ia dijamu dengan makan malam yang lezat. Ia terbangun oleh mimpi buruk penyiksaan demi penyiksaan selama di penjara.
Malam itu ia mencuri sendok garpu perak yang mahal milik uskup. Paginya ia ditangkap polisi lagi dan dibawa kembali ke rumah uskup itu. Tetapi para polisi terkejut karena bapak uskup menyatakan perak itu sebagai buah tangannya. Dan masih ada kandelar seharga 2000 franc yang belum sempat dibawanya.
Ia diampuni sekaligus diberi hadiah perabotan perak yang mahal. “Dengan perabotan perak ini aku telah membeli jiwamu. Aku menebusmu dari ketakutan dan kebencian. Kini aku mengembalikanmu kepada Tuhan.”
Kata-kata ini mengubah seluruh hidup Jean Valjean. Kendati hidupnya dikejar-kejar oleh dendam dan kebencian, namun ia selalu mengampuni dan berbuat baik kepada siapa pun. Bahkan kepada Kolonel Javert yang membenci dan memusuhinya sekalipun. Ia tidak membalas dendam tetapi mengampuni.
Yesus ditanya oleh Petrus, “Tuhan, sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadapku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya, “Bukan!! Aku berkata kepadamu: bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”
“Wong sabar iku ana watese” kata orang. Orang sabar itu ada batasnya. Tetapi bagi Yesus kesabaran itu tiada batas. Sebagaimana mengampuni tidak dibatasi hanya tujuh kali. Tujuh puluh kali tujuh itu artinya banyak sekali, tak terhitung, tiada pernah berhenti. Demikianlah hati Tuhan, mengampuni tiada henti.
Pengalaman diampuni dan dikasihi sedemikian besar, membuat Jean Valjean berani mengasihi musuh-musuhnya. Daripada hidup menderita selamanya karena menyimpan dendam lebih baik mengampuni sekali, dan hidup damai untuk selamanya.
Mengambil kue dicelupkan ke kopi.
Diaduk sebentar terasa nikmatnya.
Betapa berat harus mengampuni.
Lebih berat memikul dendam selamanya.
Cawas, belum numpuk tugas….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr