DEWI Kunti mempunyai anak sebelum ia menikah dengan Batara Surya. Anak sulungnya ini diberi nama Karna Basusena.
Karna dibesarkan dan dipelihara oleh orang lain. Karena pergaulannya, Karna berada di pihak Kurawa. Ketika Kunti menikah dengan Pandu, lahirlah para Pandawa.
Karna mengikuti dan membela para Kurawa yang hidupnya berangasan, adigang adigung adiguna. Namun Kunti tetap mengasihi Karna sebagaimana dia mengasihi para Pandawa.
Walaupun Karna berada di pihak musuh, Kunti tetap menganggap Karna sebagai darah dagingnya. Bahkan ketika Kunti membujuknya agar kembali ke Pandawa,
Karna berani terang-terangan tidak mengakui Kunti sebagai ibunya. Karna menyalahkan mengapa dulu ia dibuang dan dipisahkan dari rahim yang melahirkannya.
Pilu hati Kunti namun ia tidak berkurang sedikit pun kasihnya kepada Karna. Hati Kunti tetap mengasihi Karna. Betapa pun di pihak musuh, ia tetap anaknya sendiri.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menggambarkan Allah sebagai Bapa penuh belaskasihan dan pengampunan. Ia punya dua anak. Yang bungsu minta harta warisan. Ini permintaan kurang ajar.
Seorang anak yang minta warisan ketika ayahnya masih hidup, itu berarti mengharapkan ayahnya segera mati agar warisan bisa segera dibagi-bagi. Ayah itu tetap memberikan hak waris kepada si bungsu.
Anak ini lalu pergi meninggalkan ayah dan rumahnya, berfoya-foya dengan para pelacur di kota. Habislah hartanya. Ia menjadi melarat. Ia menyadari kekeliruannya.
Ayahnya hidup bersama si sulung di rumah. Namun hatinya selalu terbayang si bungsu yang pergi meninggalkannya. Ia selalu menanti, menanti dan menanti.
Ketika ia melihat anaknya yang compang-camping, berjalan terseok-seok pulang, ayah ini langsung berlari menjemputnya. Ia merangkul dan menciumi anaknya.
Bahkan sebelum anaknya ngomong banyak-bayak, ia langsung menyuruh hambanya mengambil baju baru, cincin dan sepatu. Menggelar pesta sukacita.
Anaknya yang sulung kaget ada pesta besar-besaran yang belum pernah terjadi. Ia mendengar adiknya pulang. Ia marah, sakit hati, cemburu, merasa tersaingi, ayahnya pilih kasih.
Lalu ia merajuk, ngambeg gak mau pulang ke rumah. Ayahnya mengalah mendatangi dia. Si sulung merasa paling berjasa. Ia mengabdi ayahnya secara sempurna tetapi tak pernah diberi apresiasi.
Mentalnya bukan sebagai ahli waris tetapi budak yang butuh apresiasi. Ayahnya menyadarkan bahwa segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kamu itu anak, bukan hamba.
Itulah Allah sebagai Bapa yang mengasihi tanpa batas kepada siapa pun, bahkan yang berdosa sekali pun tetap dirangkul dan diterimaNya.
Ke luar negeri memberi tas berkelas.
Dengan tetangga lupa oleh-olehnya.
Kasih Bapa tak kenal batas.
Ia mengasihi kita yang berdosa.
Cawas, begadang tiap malam
Rm. A. Joko Purwanto Pr