SHARING Desy Kartika Sari sewaktu bikin skripsi tersebar di medsos. Dia punya hipotesis bahwa selibat yang dihidupi para pastor adalah menyalahi kodrat.

Untuk melengkapi data-data skripsinya, dia membuat wawancara langsung dengan pastor Katolik.

Dia menulis, “Gue keluar masuk gereja, baca Injil dan Kitab Hukum Kanonik, nonton misa, ke perpustakaan Katolik, ngumpulin jurnal dan tentunya menghubungi para pastor yang akan jadi responden gue. Sampai akhirnya gue mulai wawacara. Awalnya, pertanyaan gue seputar cobaan duniawi terberat. Gue yakin 100% jawaban mereka pasti terkait hasrat sexual, kan mereka laki-laki. Bukan! Ternyata buat mereka, cobaan terbesar hidup selibat adalah: Kesepian. Sejak saat itu pandangan gue berubah.”

Ada pandangan baru muncul dalam diri Desy. Pandangan soal manusia lain, jadi beda. Pandangan soal agama, jadi beda. Pandangan soal perbedaan, jadi beda. Soal cinta dan komitmen juga.

Yesus mengajak murid-muridNya untuk memandang aturan Taurat secara berbeda. “Kalian telah mendengar sabda, ‘Jangan berzinah!’ Tetapi Aku berkata kepadamu, “Barangsiapa memandang seorang wanita dengan menginginkannya dia sudah berbuat zinah dalam hatinya.”

Seperti Desy, ia punya hipotesis bahwa laki-laki pasti tidak bisa lepas dari hasrat sexual. Godaan paling berat bagi para pastor yang selibat menurutnya adalah nafsu sexual.

Ternyata itu keliru. Kesepianlah yang menjadi godaan dalam menghidupi selibat. Akhirnya melalui cara hidup selibat, pandangannya tentang cinta, relasi, martabat manusia, agama dan komitmen menjadi baru.

Yesus membaharui cara pandang dan cara sikap para muridNya untuk tidak hanya kaku melihat hukum, tetapi mengembangkannya secara baru.

Perintah ‘tidak berzinah’ tidak cukup hanya tidak melakukan perbuatan per se tetapi memandang wanita dan menginginkannya dalam hati adalah sudah perbuatan dosa.

Jika pandangan baru itu tertanam dalam hati kita, maka cara pandang, cara sikap kita pasti akan berubah.

Marilah kita membuka diri agar punya pandangan terbuka dan luas yang akan berguna bagi kita untuk memandang dunia dan manusia yang unik dan kaya.

Jangan seperti katak dalam tempurung
Tetapi belajarlah terbang tinggi seperti rajawali
Jangan pernah ragu dan bingung
Bukalah pikiran agar selalu membaharui diri

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr