ORANG Farisi adalah kelompok yang menganggap diri sebagai kaum beragama saleh di Israel. Mereka ahli dan sangat fasih mempelajari Kitab Taurat Musa, juga tradisi-tradisi lisan yang banyak dianut sebagai pedoman hidup. Mereka adalah kelompok kaum pekerja menengah , yang berpengaruh, tidak hanya dalam hidup keagamaan, tetapi juga sosial dan politik. Mereka mengejar status terhormat dalam masyarakat. “Suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar.”

Orang yang suka cari hormat biasanya ingin dilihat orang. Memandang orang lain dari pangkat, gelar atau kedudukan. Orang akan dianggap penting kalau punya jabatan tinggi, gelar panjang atau pangkat terhormat. Orang seperti itu punya ambisi yang kuat. Bisa menghalalkan segala cara demi mendapat jabatan atau pangkat tinggi.
Orang yang ada di bawahnya harus tunduk kepadanya. Senioritas itu penting.Yunior harus tunduk memberi hormat kepadanya. Kalau tidak, hukuman dijatuhkan.

Yesus berkata kepada ahli Kitab, “Kalian suka meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kalian sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.”

Mampu memberi perintah, meletakkan beban itu tanda kuasa. Semua perintah harus ditaati, kalau tidak dia akan marah, uring-uringan, “baper.”

Sindiran Yesus itu mengena mereka, “Guru, dengan berkata demikian, engkau menghina kami juga.”

Semua kebijakan atau keputusan harus melalui dia. Kalau tidak, dia merasa dilangkahi, tidak dianggap. Sesudah itu dia akan merajuk, kecewa, “ngambek” seperti anak kecil. Orang lain harus merunduk-runduk, merayu dan memohon-mohon karena dia merasa jadi orang penting.

Begitulah kritik Yesus terhadap orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Tetapi kritik itu bisa juga tertuju pada kita semua. Bisa jadi sifat-sifat itu kita miliki juga. Kita mengejar hormat, pengin berkuasa, bersikap munafik, “jarkoni”, suka perintah tapi tidak mau memberi teladan. Kita ingin dilihat sebagai orang saleh.

Coba perhatikan mereka yang duduk di kursi pesakitan, tiba-tiba pakaiannya berubah.

Bisa jadi kita adalah orang-orang Farisi modern, ahli kitab zaman now, kaum Farisi milenial yang dikritik Yesus lewat sabda-Nya hari ini. Marilah kita bercermin melalui sabda Yesus ini.

Wajah tengadah memandang bulan.
Bulan bersinar di kegelapan.
Hati-hati terhadap kehormatan.
Kita bisa tergila-gila lupa daratan.

Cawas, pungguk merindu….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr