Kemunafikan

SENIMAN, Hangno Hartono membuat pameran wayang kontemporer tahun lalu di Pendopo Sompilan Ngasem Yogya.

Ia menampilkan satir, kritik halus namun pedas pada kondisi saat ini.

Para ksatria yang harusnya menjadi suri tauladan disandingkan dan dicampur-adukkan dengan “buto-buto” atau raksasa lambang angkara murka dan kejahatan.

Ada Buto Cakil dan Buto Terong lambang kelincahan dan kemunafikan.

Saat ini banyak orang-orang pandai, kaum elite terkontaminasi oleh pikiran buto-buto.

“Buto-buto itu sangat lincah dalam polah tingkahnya dan pandai bertutur kata, namun antara kata dan tindakan tidak ketemu. Itulah kemunafikan yang dipertontonkan para elite sekarang.” Katanya.

Ada “Buto Ijo” menggambarkan kondisi saat ini dimana orang hijau matanya kalau melihat uang. Yang dikejar hanya uang, uang dan uang. Dia bisa menghalalkan segala cara.

Dia mengajak pengunjung untuk menilai pribadi-pribadi yang orientasinya hanya uang, pamer kekayaan, suka dihormati, suka disebut “sultan.” Bahkan memakai gelar keturunan nabi.

Buku “Langit Makin Mendung” karya Panji Kusmin disatirkan menjadi “Jakarta Makin Mendung” yang digambarkan dengan lukisan wayang para buto sedang mengincar pusat kekuasaan demi kepentingannya sendiri. Tetapi bicaranya mengumbar janji demi rakyat.

Lukisan “Perjamuan Terakhir” oleh Hangno diplesetkan lewat lukisan wayang berjudul “Perjanjian Telah Berakhir” maksudnya sudah tidak ada lagi perjanjian antara Ksatria dan Buto karena mereka telah lebur menyatu.

Tidak jelas lagi pembedaan mana ksatria, mana buto. Semua dibungkus oleh kemunafikan.

Yesus mengingatkan kepada para murid-Nya soal kemunafikan ini. “Ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi telah menduduki kursi Musa. Turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan, tetapi tidak melakukannya.”

Itulah wujud kemunafikan; mengajarkan tetapi tidak melakukannya.

Mereka hanya ingin dihormati; suka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai panjang, suka duduk di tempat terdepan, punya gelar terhormat dan saleh. Omongannya “nyricis” seperti orang yang punya surga.

Yesus punya ajaran sendiri. Jangan meniru mereka. Prinsip Yesus adalah, “Siapa pun yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.”

Karena barang siapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barang siapa merendahkan diri akan ditinggikan.

Waspadalah terhadap alam semesta, karena dia punya hukum-hukumnya sendiri. Ada hukum sebab akibat, tabur tuai, siapa menabur angin akan menuai badai. Sebab perbuatan kita, akibatnya harus ditanggung sendiri.

Berkeliling mencari barang di pasar swalayan,
Namun tidak ada barang yang sesuai selera.
Jangan tergoda dan tergiur oleh kemunafikan,
Nampaknya baik di muka, tapi bobrok sejatinya.

Cawas, banyak yang munafik, tapi tidak semua…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr