Keluarga Cemara

DEKADE 90-an sinetron TV berjudul Keluarga Cemara digandrungi banyak orang, bahkan sampai sekarang pun belum ada film keluarga yang mampu menandingi popularitasnya.

Sinetron ini diangkat dari novel karangan Arswendo Atmowiloto dengan judul yang sama. Kisah keluarga sederhana yang sangat inspiratif dan penuh kasih di dalamnya.

Keluarga Cemara mengingatkan pemirsa bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga, bukan emas, bukan perak, bukan kekayaan berlimpah. Kehidupan yang biasa menjadi luar biasa kalau di dalamnya ada cinta kasih, kejujuran, pengampunan, kesetiaan dan kerendahan hati.

Keluarga Cemara adalah contoh orang-orang kecil sederhana yang dianugerahi kebijaksanaan dalam menghadapi hidup yang serba keras dan kejam. Nilai kejujuran diajarkan kepada anak-anak dengan contoh teladan Abah.

Dari keluarga ini kita juga belajar bahwa hidup sederhana tetap bisa bahagia. Kita bisa belajar kebijaksanaan hidup justru dari mereka yang kecil dan sederhana.

Pada pesta Santo Bonaventura, uskup dan pujangga gereja ini, kita diingatkan oleh Yesus bahwa kebijaksanaan Allah itu sering tersembunyi bagi orang cerdik pandai tetapi justru menjadi jelas dalam kehidupan orang kecil sederhana.

“Aku bersyukur kepada-Mu ya Bapa, Tuhan langit dan bumi. Sebab semuanya itu Kausembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Kaunyatakan kepada orang kecil. Ya, Bapa, itulah yang berkenan di hati-Mu.”

Hidup tidak selalu mudah, tetapi Abah menghadapinya dengan penuh ceria dan harapan. Ia tidak lari dari tanggungjawab untuk keluarganya. Asal “gelem obah bakal mamah” artinya asal mau kerja pasti dapat rejeki.

Kerja apa pun dilakukan asal halal. Euis memahami keadaan orangtuanya. Ia tidak hidup mewah seperti teman-temannya. Ia rela membantu orangtua berjualan opak di sekolah. Ini semangat sederhana dan rendah hati.

Pesan yang paling menonjol dalam keluarga cemara adalah nilai kejujuran. Mereka memperjuangkan kejujuran kendati hidup sederhana. Orang jujur akan dipercaya banyak orang. keluarga sederhana bisa bahagia karena di dalamnya ada cinta.

Bahagia itu tidak harus punya mobil mewah, rumah mewah, harta berlimpah. Kalau tidak ada kasih, semua itu hanya benda mati. Sering terjadi warisan kekayaan justru jadi rebutan anak-anak di pengadilan.

Anggota keluarga saling bermusuhan karena rebutan harta warisan. Keluarga bisa bahagia, walau hidup sederhana kalau dibangun atas dasar kasih dan kejujuran.

Jalan pagi di sekitar perumahan.
Menikmati cahaya lampu yang temaram.
Bukan karena harta atau kekayaan.
Kebahagiaan ada di lubuk hati terdalam.

Cawas, gerundel-gerundelan…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr