“Ibu”

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah
Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ‘ku membalas. Ibu….

Ingin kudekap dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa ‘ku membalas. Ibu…..

LIRIK lagu Iwan Fals ini mau menggambarkan kasih seorang ibu yang penuh derita dan pengorbanan. Ibarat pepatah, “kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah,” kasih seorang ibu tak akan terbalas oleh apa pun. Kasihnya seperti udara yang memberikan kehidupan bagi anak-anaknya.

“Jangan pernah meremehkan kasih dan pengorbanan wanita atau seorang ibu” kata Mimin dengan wajah serius. “Kasih dan pengorbanan seorang ibu itu mulai dari terbitnya matahari sampai terpejamnya mata suami. Coba bayangkan, pagi-pagi buta sudah masak, memandikan anak, siapkan baju, mengantar sekolah, bekerja seharian di rumah, malam-malam sudah capek, suami minta jatah. Ya, harus mau, tidak boleh wegah, wong itu sudah tugasnya istri solehah…..” katanya disambut gelak tawa penonton.

“Begitu saja masih ada suami yang suka jajan. Goleki awake dewe ya Lik…” kata Apri menimpali. Penonton yang kebanyakan laki-laki bersorak gemuruh seolah mengiyakan kata-kata mereka.

Dalam Injil yang kita dengarkan untuk menghormati Maria yang berdukacita, kita melihat sosok Maria yang ikut menderita bersama Puteranya di kayu salib.

Maria kehilangan segala-galanya. Anak tunggal satu-satunya mati di pangkuannya. Seperti yang diramalkan oleh Simeon, “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” menjadi nyata ketika Maria mengikuti penderitaan Yesus sampai di Golgota.

Seorang ibu pasti tidak menginginkan buah hatinya menderita. Bahkan tergores luka sedikit pun jangan. Seorang ibu hanya ingin melihat kebahagiaan anaknya. Suara tangisnya tak terdengar, tetapi hatinya pilu melihat penderitaan anaknya.

Tetapi Maria menjadi teladan teguhnya iman dan kokohnya pendirian. Sekali mengatakan iya, ia tidak mundur selangkah pun. “Aku ini hamba Tuhan.” Jawaban itu menjadi awal dimulainya pengorbanan dan dukacita Maria. Ia menjadi teladan iman bagi semua ibu.

Ketika kita sedang berduka oleh beratnya hidup, kita punya seorang ibu, yakni Maria. Ia tidak akan tega kita, anak-anaknya menderita. Datang dan berdoalah kepada Bunda Maria. Pasti kita ditolongnya.

Sekolah mundur karena corona.
Pelajaran daring bikin pusing orangtua.
Maria Bunda yang berdukacita.
Tolonglah kami yang masih berjuang di dunia.

Cawas, pelajaran tertunda….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr