“Nggih Nggih Ora Kepanggih”

KALIMAT sindirian itu dipakai untuk mengkritik secara halus bagi orang yang mudah mengatakan iya, tetapi tidak melakukan apa-apa. Secara harafiahnya berkata ya ya tetapi tidak berbuat apa-apa. Bisa juga orang mudah janji-janji, tetapi tidak pernah ditepati. Janjinya kosong belaka, tak pernah dipenuhi.

Hal yang sederhana bisa terjadi, misalnya, orangtua menyuruh anaknya mandi. Anak itu sedang asyik sekali main game di hapenya. Ia menjawab ya, tetapi tetap sibuk dengan gamenya. Berkali-kali hanya mengatakan ya tetapi tidak beranjak sedikit pun.

Dalam hal yang besar dan serius sering juga terjadi, misalnya, sebelum menduduki jabatan tertentu, seorang dilantik, ia bersumpah atau berjanji antara lain; “Bahwa saya tidak akan menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dan dari siapapun juga, yang saya tahu atau patut dapat mengira, bahwa ia mempunyai hal yang berkekuatan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan saya;
Bahwa saya dalam menjalankan jabatan atau pekerjaan saya, saya senantiasa akan lebih mementingkan kepentingan negara dari pada kepentingan saya sendiri atau golongan.”

Tetapi mengapa terjadi banyak korupsi dari tingkat bawah sampai ke bapak menteri? Apa mereka lupa pernah mengucapkan janji? Kenapa kok janjinya tidak ditepati? Orang Jawa menyindir, “Nggih, nggih ora kepanggih.” Bisa bilang ya tetapi tidak bisa menepatinya.

Yesus juga menyindir para imam kepala dan pemuka bangsa Yahudi. Mereka itu menganggap diri paling suci dan paling benar, pemegang kunci surga. Tetapi mereka tidak berbuat apa-apa. Bahkan tidak mau percaya kepada Yesus. Mereka menolak ajaran-Nya. Mereka digambarkan seperti anak yang disuruh bapanya dan menjawab ya, tetapi tidak melakukan apa pun.

Sedangkan pemungut cukai, pelacur dan orang berdosa adalah gambaran anak yang mengatakan “tidak” namun kemudian menyesal dan melakukan perintah bapanya. Karena menyesal, mereka bertobat dan memilih jalan benar yang ditunjukkan Tuhan.

Apakah kita juga akan menjadi orang yang hanya bisa “nggih, nggih ora kepanggih?” bisa berjanji seribu janji tetapi tak pernah menepati?

Jangan kecewa jika nanti tempatmu di surga diberikan kepada mereka yang lebih dahulu melakukan kehendak Bapa. Kita semua akan dinilai dari perbuatannya, bukan dari janji-janjinya.

Bunga anggrek mekar di pagi hari.
Tangkainya tegak kuat berdiri.
Tak ada gunanya seribu janji.
Kalau kita tidak mampu memenuhi.

Cawas, hati menanti…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr