ALKISAH Semar, punakawan Pandawa melihat suasana kerajaan Amarta yang genting. Maka dia berniat membangun kehidupan moral rakyat Amarta.

Dia ingin membangun Kahyangan agar masyarakat mengalami ayem tentrem tata raharja gemah ripah lohjinawi. Namun Kresna melarang dan menghalangi niat Semar.

Dia tahu siapa Semar. Dia hanyalah abdi para ksatria. Dia hanya rakyat jelata yang tidak punya kuasa apa-apa. Semar hanya orang miskin dari Karang Kadhempel yang harus mengabdi dan tunduk pada para ksatria.

Niat baik Semar untuk membangun moral hidup rakyat Amarta ditolak mentah-mentah. Para punggawa Amarta dan Kresna tahu siapakah Semar itu.

Walaupun dia adalah titisan dewa, namun para ksatria itu hanya melihat Semar sebagai hamba, yang tidak punya kuasa apa-apa.

Yesus datang ke kota asalNya di Nasaret. Ia ditolak oleh mereka, karena mereka tahu latar belakang keluargaNya. Mereka menolak pewartaan dan karyaNya di tempat asalNya.

Orang-orang itu tidak mempercayaiNya. Maka Yesus tidak membuat mukjijat di Nasaret. Karena tidak percaya, mereka menolak Yesus. Mereka tahu Yesus hanyalah anak tukang kayu, orang miskin. Mereka melihat latar belakangNya.

Kita pun seringkali berlaku seperti orang-orang Nasaret. Meremehkan orang karena latar belakang hidupnya, keluarganya, status sosialnya.

Kita menilai orang berdasarkan kekurangan-kekurangannya. Kita kurang menghargai mereka karena asal-usulnya. Natanael, salah seorang murid Yesus pernah berkata,

“Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nasaret?” Ada pendapat umum yang bersifat peyoratif tentang Nasaret.

Situasi dan keadaan masyarakat Nasaret dipertanyakan. Maka ketika Yesus kembali ke kotaNya, orang-orang di situ mencibir dan menolakNya.

Zaman dulu jika orang menyebut kampung Badran di Yogyakarta, orang sudah takut. Karena kampung itu terkenal dengan gali, garong, pencopet, dan tindak kejahatan lainnya.

Masyarakat menilai orang dari asal usulnya, latar belakang keluarga dan status sosialnya. Orang tidak melihat kualitas hidupnya.

Penilaian itu mempengaruhi tingkat kepercayaan seseorang. Penilaian seperti itu sangat merugikan dan membuat kita tidak maju dan berkembang.

Isue corona sudah menyebar kemana-mana
Jaga kesehatan dan tetaplah waspada.
Menilai orang bukan dari asal-usulnya.
Tetapi kualitas hidup jauh lebih berguna.

Cawas, selalu jaga diri ya…
Rm. A. Joko Purwanto Pr