SEBELUM Julius Caesar menghembuskan nafas terakhir, ia berkata kepada Brutus, “Tu quoque, Brute, fili mi ( Engkau juga Brutus, anakku! ). Brutus adalah pengkhianat. Padahal ia telah dianggap seperti anaknya sendiri oleh Julius Caesar. Ia memimpin para senator Romawi untuk melakukan kudeta.

Waktu itu Caesar diminta menandatangani petisi palsu yang dibuat para senator. Mereka meminta Caesar mengembalikan mandat kekuasaan kepada para senator. Melihat akal bulus mereka, Markus Antonius mengingatkan Caesar untuk tidak hadir di forum majelis senat.

Tetapi Brutus berhasil membujuk Caesar. Saat Caesar membaca petisi “akal-akalan” di podium. Ia ditusuk dari belakang. Ia tersungkur dan ditikam oleh belati Brutus. Sebelum menutup mata, Caesar masih sempat melihat Brutus memegang belati bersimbah darah. Caesar sempat berujar, “Engkau juga Brutus, anakku, ikut bersama dengan para pengkhianat ini”.

Bacaan Injil hari ini menceritakan bagaimana Yesus meramalkan kematianNya. Ia tahu bahwa ada orang yang akan berkhianat dari antara murid-muridNya sendiri. Dalam sebuah perjamuan Paskah bersama dengan murid-murdNya, Ia membuka rahasia itu, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku”.

Suasana menjadi mencekam. Mereka saling berpandangan tidak percaya. Maka Petrus meminta kepada murid yang dikasihi Yesus untuk bertanya, siapakah orang itu? Maka Yesus berterus terang, “Dia adalah orang, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya”. Dialah Yudas Iskariot.

Musuh yang paling berbahaya bukan orang lain, tetapi justru teman sendiri. Ia tersembunyi dan tak bisa diduga sebelumnya. Hati-hati sahabat bisa menikam dari belakang. Walaupun Yesus tahu siapa pengkhianatNya, Ia tetap konsisten mengasihi murid-muridNya. Ia tidak panik. Ia tidak marah.

Apalagi gebrak-gebrak meja! Yesus tetap fokus pada kehendak BapaNya. Bapa mengasihi manusia tanpa batas. Begitu juga Yesus mengasihi kita sampai pada akhirnya. Terimakasih Tuhan atas kasihMu yang sungguh besar. Dengan apakah aku bisa membalasnya?

Ke Gedongsongo jalannya naik
Kalau turun kita ke Semarang
Sungguh beruntung punya sahabat baik
Hati-hati bisa menikam dari belakang

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr