“Ingat HM Damsyik, Ingat Datuk Maringgih”

KITA semua kenal pemain sinetron yang total dalam memainkan watak. Dalam sinetron Baratayuda versi India, kita kenal tokoh Sangkuni yang bikin jengkel, marah, benci para pemirsanya. Praneet Bhaat, pemeran Sangkuni adalah aktor ganteng yang dipuja banyak gadis di seluruh dunia.

Dunia sinetron Indonesia juga punya tokoh HM Damsyik yang piawai memainkan peran Datuk Maringgih dalam sinetron Siti Nurbaya. Ingat Damsyik orang langsung ingat Datuk Maringgih. Peran itu sangat melekat pada diri Damsyik. Ia bangga dengan trade mark itu. Jarang ada aktor yang lekat dengan tokoh yang diperankan. Walaupun semua orang tahu kehidupan sehari-harinya sangat jauh dari tokoh antagonis Datuk Maringgih.

Dalam perikope ini Yesus menyebut kata munafik sebanyak tiga kali. “Apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang-orang munafik. Apabila kalian berdoa, janganlan berdoa seperti orang munafik. Apabila kalian berpuasa, janganlah muram mukamu, seperti orang munafik.”

Dalam Bahasa Yunani munafik diterjemahkan dari kata Hupokrithes (Hypocrite, Inggris) yang artinya seorang pemain drama. Munafik bisa diartikan seorang yang bermuka dua, suka berpura-pura, berbohong, antara perkataan dan perbuatan tidak sesuai.

Dalam Injil tindakan kemunafikan itu dilakukan dengan pameran kesalehan. Pamer memberi sedekah supaya dilihat orang. Pamer berdoa di rumah ibadah atau di tempat umum, biar dilihat orang. Bila berpuasa, mukanya dibuat ‘memelas’ biar dilihat dan dikasihani orang. Mempertontonkan kehidupan baik agar dipandang dan dipuji sebagai orang saleh, suci, taat beribadah. Tetapi kehidupan sejatinya jauh dari yang dipamerkan.

Yesus meminta kita jika berbuat baik tidak perlu dipertontonkan. Jika memberi sedekah, janganlah tangan kirimu tahu apa yang dilakukan tangan kananmu. Jika berdoa, masuklah ke dalam kamarmu. Jika berpuasa, hiduplah seperti biasa supaya jangan dilihat orang. Hanya Bapa di surga yang tahu segalanya.

Mari kita belajar tulus. Sekurang-kurangnya tidak perlu marah atau sakit hati kalau tidak dipuji, tidak perlu “ngambek atau merajuk” kalau niat baik kita tidak dihargai.

Katanya puasa nasi.
Tapi tiap hari makan bakmi.
Mari kita belajar rendah hati.
Tidak perlu “gila sensasi”

Cawas, lembayung senja….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr