IMAN dan kepedulian Sang Perwira itu pantas diacungi jempol. Ia beriman kepada Yesus, maka ia memohon supaya Yesus menyembuhkan penyakit hambanya.
Ia peduli kepada hambanya. Ia sangat menghargai hambanya. Walaupun “hanya” seorang hamba tetapi ia pantas menerima kasih sayang yang sama.
Kadang kita membuat diskriminasi status. Kita mau menolong kalau orang itu terhormat, kaya, punya kuasa, dan lain-lain.
Kita mau menolong kalau yang kita tolong itu menguntungkan kita. kita ditegur oleh tindakan sang perwira itu. Dia tidak memandang siapa yang ditolong.
Walaupun dia “hanya” seorang hamba, tetapi perwira itu menolong tanpa pilih kasih atau memandang status sosial.
Kata-kata perwira itu selalu kita ucapkan di saat kita akan menyambut Kristus dalam komuni kudus.
“Ya Tuhan, aku tidak pantas Tuhan datang kepadaku. Tetapi bersabdalah saja maka aku akan sembuh.” Kata-kata itu baru bermakna kalau kita mempunyai iman seperti perwira itu.
Mungkin kata-kata itu terucap begitu saja di mulut kita tanpa disertai iman. Maka kendati sering kita mengungkapkannya, namun kita tidak mengalami kesembuhan seperti hamba perwira itu.
Dalam banyak peristiwa penyembuhan, Yesus menuntut iman. Sering Yesus berkata, “imanmu telah menyelamatkan engkau.”
Kalau kita sungguh punya iman, tidak mustahil akan terjadi penyembuhan-penyembuhan dalam diri kita.
Benarkah kita sungguh beriman kepada Yesus saat kita berdoa, “Ya Tuhan aku tidak pantas Tuhan datang kepada saya. Bersabdalah saja maka aku akan sembuh?”
Belajarlah dari perwira itu. Ia beriman kepada Yesus dan doanya bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk kesembuhan hambanya.
Iman bukan untuk egoisme kita, tetapi iman itu untuk lingkungan sosial kita juga. Semoga kita tidak hanya berpikir untuk diri sendiri, tetapi demi kebahagiaan orang lain,
Nonton wayang di Pasar Cawas
Sindennya muda menggemaskan
Janganlah kita selalu cemas
Yesus datang untuk menyelamatkan
Cawas, saat nonton wayang
Rm. A. Joko Purwanto Pr