MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengatakan bahwa gelar tidak menjamin kompetensi, bahkan gelar kelulusan tidak menjamin kesiapan seseorang dalam bekerja.

Ia juga mengatakan, bahwa kelulusan tidak menjamin kesiapan berkarya atau bekerja. Akreditasi tidak menjamin mutu dan kehadiran di kelas tidak lagi menjamin proses dalam belajar.

Ini adalah tantangan dalam pendidikan di era digital. Pandangan Nadiem Makarim itu sudah dirasakan jauh sebelumnya oleh Penyanyi Iwan Fals, dalam lagu yang berjudul “Sarjana Muda.”

Salah satu liriknya berkata, “Engkau sarjana muda resah tak dapat kerja, tak berguna ijasahmu. Empat tahun lamanya bergelut dengan buku. Sia-sia semuanya.”

Ijasah tidak lagi berkuasa menunjukkan kompetensi seseorang. Lulus perguruan tinggi tidak menjamin orang langsung dapat kerja. Ada banyak sarjana nganggur. Ijasah tidak kuasa menentukan masa depan orang.

Dalam bacaan Injil hari ini, kira-kira Yesus ditanya oleh imam-imam kepala dan pemuka-pemuka bangsa Yahudi, “Dengan ijasah dari Perguruan Tinggi mana Engkau melakukan hal-hal itu? Engkau itu lulusan sekolah mana, siapa yang memberi kuasa sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?”

Kalau Paulus jelas, muridnya Gamaliel, Guru Besar terkenal dan disegani. Tapi Yesus? Mungkin hanya lulus SD Nasaret. Kota kecil tidak terkenal.

Kalau Yesus disebut guru, Dia ini lulusan SPG mana? Siapa mentornya? Para imam itu mempertanyakan soal legalitas Yesus mengajar dan membuat mukjijat-mukjijat.

Bagi Yesus, hal kuasa dari mana itu tidak penting. Yang penting adalah orang-orang yang diberi warta mengalami sukacita.

Orang buta dapat melihat, orang bisu dapat berbicara. Orang tuli bisa mendengar, orang lumpuh bisa berjalan. Orang mati dibangkitkan dan orang-orang miskin mengalami keselamatan.

Orang sering terjebak pada aturan legalitas, tetapi pada senyatanya tidak punya kemampuan apa-apa. Gelar atau ijasah tidak menjamin kompetensi seseorang.

Maka Yesus balik bertanya kepada mereka, “Dari manakah pembaptisan yang diberikan Yohanes? Dari surga atau dari manusia?” Mereka bingung sendiri. Mereka terjebak sendiri oleh pikiran sempit dan egoism kelompok.

Kalau pembaptisan Yohanes saja mereka tidak tahu dari mana, bagaimana bisa mereka mengetahui kuasa Yesus? Kita ini mudah sekali menilai orang atau perbuatannya hanya dari yang permukaan saja.

Kalau dimana-mana pegang rosario atau tasbeh itu orang suci. Kalau dimana-mana pakai jubah itu pasti romo yang saleh. Belum tentu. Jangan mudah jatuh pada penampilan luarnya saja.

Para imam-imam kepala dan pemuka bangsa Yahudi itu terlalu menekankan legalitas kuasa/ijasah atau penampilan luarnya saja.

Ke Kaliurang melintasi sawah dan pertanian
Berhenti melihat sapi kencing di jalan
Bukan ijasah atau penampilan luar yang diutamakan
Tetapi mutu dan kompetensi yang akan menentukan

Cawas, langit serba biru
Rm. A. Joko Purwanto Pr