Belajar Percaya dari Covid-19

MUNCULNYA virus Covid-19 menimbulkan banyak reaksi. Virus ini muncul di Wuhan Cina pertama kali pada akhir 2019. Kemudian tahun 2021 menyebar ke seluruh dunia.

Catatan WHO mengatakan sudah ada 3,9 juta orang meninggal dari 178 juta kasus yang dikonfirmasi.

Reaksi orang beraneka ragam. Ada yang tidak percaya karena virus itu tidak kasat mata. Mereka minta bukti kalau virus ada.

Harus ada bukti kongkrit yang dapat dilihat mata. Lalu mereka menolak keras untuk divaksin.

Ada lagi orang yang masih ragu dan bimbang. Kalau tidak percaya kok banyak korban berjatuhan. Kalau percaya kok tidak bisa membuktikan.

Ada lagi yang membuat cerita bohong tentang konspirasi politiklah, ada yang membuat senjata pemusnah masal atau negara cari untung dengan jualan vaksinlah.

Barulah ketika orang mengalami langsung bagaimana sakit terkena virus, bahkan kemudian ada keluarga yang meninggal, mereka baru yakin bahwa pandemi ini ada nyata di sekitar kita.

Begitulah kiranya dengan peristiwa kebangkitan Yesus. Para murid tidak langsung percaya akan kebangkitan.

Walaupun sebelumnya Yesus pernah mengatakan bahwa Ia akan menderita, ditolak tua-tua dan dibunuh, tetapi akan dibangkitkan Bapa.

Maria Magdalena pergi ke kubur. Ia melihat batu telah terbuka dan jenasah Yesus tidak ada.

Ia lari menjumpai Simon Petrus dan berkata, “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya, dan kami tidak tahu dimana Ia diletakkan.”

Makam kosong! Maria menyimpulkan jenasah Yesus dicuri orang.

Lalu Petrus dan murid lain juga pergi ke kubur. Petrus juga masih ragu. Murid yang lain itu ikut masuk.

Ia melihat makam kosong. Hanya ada kain kafan di tanah dan kain peluh sudah tergulung. Murid yang tidak disebut namanya ini melihat dan percaya.

Waktu itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.

Hanya sebagian kecil orang pada waktu itu yang bisa membaca dan menulis. Bisa dimengerti kalau mereka tidak memahami isi Kitab Suci.

Apalagi waktu Yesus berbicara tentang kebangkitan, mereka malah membicarakan hal lain, siapa yang terbesar di antara mereka.

Jadi butuh proses dan waktu untuk bisa memahami peristiwa kebangkitan.

Seperti kita juga butuh waktu untuk memahami bahwa covid-19 ini sungguh-sungguh ada. Tidak ada iman yang instan.

Lalu seberapa besarkah iman kita kepada Yesus yang bangkit? Apakah kita masih ragu atau sudah yakin bahwa Yesus telah mati dan bangkit untuk keselamatan kita?

Ayo kita tetap maskeran,
Supaya tidak kena penyakit.
Selamat Paskah ya man teman …
Yesus sungguh sudah bangkit.

Cawas, Selamat Paskah bagi anda semua….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr