SEKELOMPOK ibu-ibu paroki ingin menyumbang sembako ke sebuah panti asuhan. Mereka membuat panitia. Mengadakan rapat untuk persiapan aksi baksos.
Mereka bangga pesertanya membeludak. Ibu ketua usul supaya mengundang wartawan stasius TV agar acara ini diliput. Biaya menjadi membengkak.
Tujuannya ditambah, tidak hanya ke panti asuhan, tetapi sekaligus juga ziarah karena panti itu sejalur dengan gua Maria. Biaya komsumsi dan transportasi malah lebih besar daripada sumbangan yang akan diberikan ke panti asuhan.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berbicara tentang amal sedekah, doa dan puasa. “Jikalau engkau memberi sedekah, janganlah tangan kirimu tahu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi.”
Salah satu kebutuhan kita itu adalah diakui. Apalagi dalam dunia medsos sekarang ini, kita ingin eksis. Apa-apa diupload di FB, IG dan WA supaya diketahui oleh orang banyak.
Kita diingatkan oleh sabda Yesus, kalau kita beramal hendaklah jangan sampai diketahui oleh orang, tetapi biarlah Tuhan saja yang tahu.
Sahabat saya berkata, “Kalau kamu diberi, ingatlah dan catatlah namanya di atas batu karang. Tetapi kalau kamu memberi catatlah namamu di pasir pantai.”
Begitu juga tentang berdoa. Yesus berkata, “Janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanga dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan di tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang.”
Saya kadang juga tergoda ingin pamer biar kelihatan suci. Beberapa waktu lalu saya ikut berdoa di jalan, di tengah hamparan sawah, diliput dan disiarkan televisi. Saya ini termasuk orang munafik yang dikritik oleh Yesus.
Begitu pun tentang berpuasa. Nilai puasa tidak terletak pada hal-hal lahiriah yang tampak oleh mata. “Apabila engkau berpuasa, janganlah muram mukamu, seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa.”
Puasa adalah usaha pengendalian diri. Mengendalikan diri dari hawa nafsu, termasuk nafsu pamer sedang menjalankan puasa. Tanpa dipamerkan, Tuhan sudah tahu apa yang kita lakukan.
Kita menjadi suci bukanlah untuk diri kita sendiri. Apalah artinya kita hidup suci tetapi sesama kita menderita dan kekurangan? Apalah artinya kita selamat tetapi egois hanya untuk diri sendiri?
Banyak berdoa dan berpuasa, tetapi orang di sekitar kita menderita, apalah artinya? Moga-moga tindakan amal kasih, doa dan puasa kita menyelamatkan sesama yang menderita.
Nginteri gabah memakai tampah.
Disimpan di tempayan biar aman.
Kalau tangan kita memberi sedekah.
Janganlah kita mengharap balasan.
Banyuaeng, tujuh hari yang lalu…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr