ORANG Jawa sangat rumit menghitung hari perkawinan. Ada hari baik dan hari tidak baik yang harus dihindari. Kalau keluargamu mau berjalan langgeng dan damai, maka harus memilih hari yang baik untuk menikah.

Senin dan Rabu pada Bulan Besar (Bulan Jawa) itu saat yang baik untuk menikah. Ada hitungan rumit yang harus dibuat untuk menentukan hari pernikahan.

Misalnya, saya lahir hari Sabtu Kliwon, pasangan saya lahir hari Rabu Pahing. Sabtu Kliwon itu jumlah neptunya 17, sedangkan Rabu Pahing itu jumlah neptunya 16. Lalu keduanya digabungkan, hasilnya 33.

Variabel ini menghasilkan nasib pasangan. Meski sering berselisih tetapi kehidupan perkawinan ini akan langgeng. Menurut buku primbon Jawa, ada hari-hari pantangan untuk melakukan sesuatu.

Kalau dilanggar, boleh percaya boleh tidak, akan menemui nasib sial, malang, atau kerugian. Hari-hari baik untuk menikah misalnya, Weton Kamis Legi, Jumat Pon, Senin Pahing, Minggu Kliwon, Sabtu Wage.

Kalau orang sudah keukeh percaya pada hari-hari seperti itu, sulit untuk diajak dialog dan takut ada nasib buruk. Hari-hari lain dianggap tidak baik. Kalau melanggar, pasti akan mendapat musibah.

Pemahaman yang hampir mirip dihadapi Yesus, ketika orang-orang Farisi mempertanyakan tindakan para murid yang tidak mentaati hukum sabat.

“Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” Bagi orang Farisi hari Sabat adalah hari keramat yang tidak boleh dilanggar.

Hari Sabat adalah hari yang dikhususkan untuk Tuhan. Manusia tidak boleh melakukan apa pun pada hari itu. Melanggar hukum Tuhan berarti dosa atau dianggap kafir.

Bagi kaum Farisi, hukum di atas segala-galanya. Mereka sangat detail dan teliti menaati aturan-aturan. Maka ketika ada orang tidak menaati aturan mereka gusar dan tidak nyaman.

Melihat murid-murid Yesus memetik bulir gandum dan memakannya pada hari Sabat, membuat mereka geram dan protes. “Mengapa kalian tidak menjunjung dan menghormati hari Sabat?”

Mereka menganggap dengan mengikuti aturan, hidup mereka sudah beres, bersih, saleh dan selamat.

Pertama-tama Yesus meluruskan paham yang dikotomis itu. Semua hari diciptakan Tuhan adalah baik. Maka kita boleh melakukan apa pun dan kapan pun demi kebaikan. Yang lebih ditekankan bukan persembahannya tetapi belaskasihan atau compasion bagi orang lain.

Kedua, Yesus memaklumkan bahwa Dia adalah Tuhan atas hari Sabat. Dialah yang menciptakan dan menguasai segala waktu, juga atas hari Sabat. Tuhan menciptakan semua hari adalah baik.

Maka gunakanlah hari-harimu untuk melakukan belas kasih bukan untuk menindas atau menghukum orang.

Pak guru menerangkan pelajaran matematika.
Enam sembilan ribu dikurangi tiga tiga ribu adalah…
Hidup akan terasa bahagia dan sukacita.
Kalau kita tekun melaksanakan kehendak Allah.

Cawas, milih limapuluhan….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr