“Berikan Kepada Kaisar”

“SEBUTKAN nama-nama pahlawan dan asalnya.” Bu guru memberi perintah lewat pelajaran daring kepada murid-muridnya. Mereka menjawab lewat HP mereka; Cut Nyak Dien dari Aceh. Imam Bonjol dari Padang. Raden Inten dari Lampung. Dewi Sartika dari Jawa Barat. Agustinus Adisucipto dari Yogyakarta. Basuki Rahmat dari Jawa Timur. I Gusti Ngurah Rai dari Bali. Rahadi Oesman dari Ketapang. Cilik Riwut dari Palangkaraya. Martha Christina Tiahahu dari Maluku. Mayor John Lie atau Lie Tjeng Tjoan dari Sulawesi Utara. Robert Walter Monginsidi dari Sulawesi Selatan. Marthen Indey dari Papua.

Bu guru dengan bijak menyimpulkan jawaban mereka. Rumah kita Indonesia ini dibangun atas darah para pahlawan dari berbagai suku, agama dan daerah. Indonesia adalah rumah bersama, bukan rumah satu golongan.

Kita harus membangun bersama dalam keberagaman. Ada Aceh, Bugis, Minangkabau, Dayak, Jawa, Papua, Flores, Bali. Ada Islam, Katolik, Hindu, Budha, Kepercayaan dan Kristen. Semua menyumbangkan darahnya untuk Indonesia.

Hari ini adalah hari kemerdekaan Indonesia. Bacaan Injil berbicara tentang membayar pajak kepada kaisar. Orang Farisi mencobai Yesus dengan bertanya, “Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?”

Yesus memberi jawaban jitu. “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Apa yang wajib diberikan kepada negara, tidak bertentangan dengan perintah agama. Menghormati negara bisa menjadi perwujudan mengasihi Allah. Pada peringatan kemerdekaan Indonesia ini kita bisa merenungkan sejauhmana kewajiban negara itu kita tunaikan.

Ada orang Katolik yang tidak mau terjun di tengah masyarakat. Mereka tidak mau ikut ronda, iuran kampung, srawung atau muncul di acara-acara kampung. Hal-hal kongkret seperti itulah yang harus kita berikan kepada “kaisar.”

Semua orang dari berbagai kalangan bisa menyumbangkan apa pun untuk Indonesia. Tantangan kita bersama adalah membangun kerukunan dan persatuan.

Rumah bersama ini perlu dijaga. Mari kita sumbangkan dan kembangkan budaya rukun hidup bertetangga, berbangsa dan bernegara.

Rukun agawe santosa,
Crah agawe bubrah.
Merdeka….
Merdeka….
Merdeka….

Cawas, hormat senjata….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr