PADA hari Minggu kemarin, kami mengadakan kegiatan Parenting untuk para orangtua.
Menghadapi perkembagan zaman yang sangat maju ini, para oragtua perlu dibekali pemahaman baru tentang pendampingan anak.
Menurut dosen psikologi dari UNIKA Sugiyapranata Semarang, Bapak Ferdinan, pendasaran moral dan etika perlu ditanamkan pada anak sejak dini.
Ada tiga tahap yakni pra konvensional (usia anak 0-5 tahun), konvensional (usia anak 6-11 tahun) dan post konvensional (usia anak 11 tahun ke atas).
Untuk menanamkan nilai-nilai baik buruk, benar salah, boleh dan tidak boleh pada anak usia balita perlu “pemaksaan”.
Pada masa konvensional anak mulai diajar melalui keteladanan. Pada masa post konvensional, anak sudah mulai diajak dialog.
Mereka sudah bisa memikirkan dampak dari tindakannya. Mereka diajari bertanggungjawab dan siap menanggung resiko.
Penanaman nilai belas kasih, bela rasa, kepedulian, toleransi, saling menghargai dan menolong sesama bisa dibiasakan sejak kecil.
“Jika sejak kanak-kanak sudah dibangun moral dan iman yang kuat, anak-anak akan mampu menghadapi dunianya dengan baik. Mereka bisa dipercaya jadi orang dewasa.” Kata beliau.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berjumpa dengan serombongan pelayat di jalan kota Nain. Seorang janda kehilangan anak laki-laki tunggalnya.
Yesus tahu seorang janda yang tidak punya-siapa-siapa akan mengalami kesulitan di masyarakat. Maka anak laki-laki satu-satunya itu adalah gantungan hidupnya.
Ia sekarang mati. Rasa belaskasihan Yesus langsung muncul. hatiNya tergerak oleh belas kasihan melihat nasib janda itu. Ia langsung ambil tindakan.
Ia menghibur janda itu, “Jangan menangis.” Dan segera menghidupkan anak laki-laki itu. “Hai pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”
Ketika Yesus tergantung di kayu salib, Ia tahu bahwa kematian sudah dekat. Ia menyerahkan Yohanes sebagai gantiNya kepada Maria.
Maria sudah janda. sepeninggalNya tidak ada yang menanggung Maria. Ia juga menyerahkan Maria kepada muridNya. Sampai akhir hayatNya, Yesus menunjukkan belaskasihan dan kepedulianNya kepada manusia.
Pastilah nilai-nilai moral dan iman itu sudah ditanamkan sejak kecil oleh Maria dan Yusup sebagai orangtua. Hati Yesus mudah tergerak oleh penderitaan sesama.
Dimana pun Yesus melihat ada penderitaan, hatiNya sangat peka dan langsung bertindak.
Apakah kita juga peka melihat penderitaan dan kesusahan sesama kita dan tergerak untuk menolongnya?
Di bukit cinta tumbuh bunga melati
Setiap pagi disinari Sang Mentari
Setiap orang memiliki kepekaan hati
Mari tolong menolong dan saling peduli
Cawas, suatu pagi yang indah
Rm. A. Joko Purwanto Pr