KALAU ditanya garis keturunan, kita paling hanya bisa mengingat sampai kakek nenek kita. Selebihnya itu kita sudah tidak dapat mengenal lagi, siapa bapaknya kakek kita atau siapa kakeknya kakek kita.
Dalam bacaan Injil hari ini, Matius memperkenalkan silsilah Yesus Kristus mulai dari awal, yakni Anak Daud, anak Abraham sampai 42 generasi.
Matius ingin menegaskan bahwa Yesus berasal dari keluarga Daud, juga garis keturunan Abraham sebagaimana nubuat para nabi.
Kita diajak untuk menghargai sejarah. Bung Karno pernah berkata, “Jas Merah, Jangan sekali-kali melupakan sejarah.”
Sekelam apapun sejarah itu tetap harus kita hormati. Karena merekalah yang telah mengukir kehidupan kita menjadi seperti sekarang ini. Begitu pun dalam silsilah Yesus.
Kalau kita perhatikan, ada empat wanita yang disebut dalam silsilah itu yang punya catatan “kelam”. Mereka adalah Tamar, Rut, Bersyeba dan Maria. Tamar terpaksa menjadi wanita sundal agar bisa melanjutkan keturunan Yehuda.
Rut adalah wanita asing dari Moab yang ikut mertuanya Naomi kembali ke Kanaan. Bersyeba adalah istri Uria, tentara Daud. Daud mengambilnya dengan cara yang licik dan tidak terpuji.
Ketiga wanita itu dipakai Allah untuk mempersiapkan Maria yang akan melahirkan Sang Juru Selamat dengan cara yang sangat mengejutkan, bukan saja bagi Maria tetapi juga bagi kita.
Rencana Allah itu sungguh misteri. Karya keselamatan Allah itu terlaksana menurut kehendakNya, bukan mengikuti logika manusia.
Menurut logika kita, pastilah Allah mahakuasa dan mampu mengatur rencanaNya dengan memilih orang-orang yang baik dan saleh lagi suci. Tetapi itu alur pikiran manusia.
Allah punya rencana yang sangat berbeda. Allah justru menggunakan “kehinaan” manusia untuk mengangkat martabat kita. Disinilah kita justru semakin meyakini bahwa Yesus itu sungguh manusia. Allah yang mahakuasa itu mengambil rupa dalam diri Yesus yang sungguh manusia lemah.
Dengan melihat silsilah itu, Allah sungguh menyejarah dan masuk dalam perjalanan hidup kita. Allah sungguh setia kepada manusia sejak awal sampai akhir zaman.
Kendati manusia jatuh bangun menanggapi kasihNya, namun Allah tetap setia menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus PuteraNya.
Mutiara tetaplah indah dan mempesona walaupun berada di kubangan lumpur yang kotor. Begitulah Allah tetap kudus dan mulia kendati mengambil rupa dalam kehinaan manusia.
Kita harus bersyukur karena Allah hadir dan memakai “kehinaan” manusia untuk menyelamatkan kita. Kita adalah orang berdosa tetapi dikasihi oleh Allah.
Dengan dipandu tongkat tua
Kami menyusuri lubang gua
Hati Allah bagai samudera
Manusia berdosa dikasihiNya
Cawas, memburu senja di ufuk
Rm. A. Joko Purwanto Pr