RODRIGO MENDOSA masuk ke bilik kamar pengakuan. Pastor Gabriel dengan tenang mendengarkan pengakuan Mendosa bahwa ia telah membunuh adiknya karena cemburu dan sakit hati.

Untuk menebus dosanya, Mendosa diminta ikut serta para misionaris melayani suku-suku Indian Guarani di pedalaman Brasil.

Biasanya dia naik kuda menangkap orang Indian dijadikan budak. Kini dia berjalan dengan membawa beban berat di pundaknya.

Di tengah medan yang amat sulit, dia memikul segala peralatan besi yang dia pakai untuk mencari budak dan membunuh adiknya.

Dengan memanggul beban berat Mendosa berjalan melewati bukit-bukit berlumpur dan air terjun yang terjal.

Pertobatan Mendosa dijalani dengan meninggalkan pekerjaannya, memburu dan menjual budak.

Sebagai silih dia memikul beban berat serta mengikuti para misionaris mewartakan Injil ke pelosok Suku Indian.

Setelah hidup bersama dengan para misionaris dan melihat bagaimana pelayanan mereka kepada suku-suku Indian, akhirnya Mendosa memutuskan bergabung dalam komunitas dan menjadi imam.

Dalam Injil Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.

Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”

Kenikmatan dunia, kekayaan, kekuasaan ternyata tidak mampu menyelamatkan. Mendosa mengejar hal-hal duniawi. Namun hidupnya tidak bahagia. Dia baru mengalami kebahagiaan ketika berani meninggalkan semua itu dan mencurahkan hidupnya demi Kristus di antara suku Indian.

Bahkan dia berani mati membela iman yang telah ditaburkan di tengah suku-suku Indian yang dia layani.

Beranikah kita memenuhi tuntutan Yesus agar kita pantas menjadi murid-Nya? Maukah kita menyangkal diri, memanggul salib setiap hari dan mengikuti Kristus?

Katanya pada takut kena virus corona.
Tapi pada pergi ke mall-mall dan wisata.
Mari kita berpantang dan berpuasa.
Ikut solider dengan mereka yang menderita.

Cawas, bahagia itu sederhana….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr