TIGA KALI para Pandawa mengirim utusan untuk minta dikembalikannya Kerajaan Indraprasta ke tangan mereka. Namun Kurawa bersikukuh tidak mau mengembalikannya.

Yang pertama menjadi utusan adalah Kunti, ibu para Pandawa. Pandawa berpikir, karena seorang ibu, Kunti pasti dihormati oleh Kurawa. Namun ternyata sebaliknya. Kurawa mencemooh dan menolak Kunti.

Posisi Kunti sebagai seorang wanita tidak diakui. Suara Kunti tidak didengarkan oleh Kurawa. Mereka menganggap urusan politik adalah urusan laki-laki. Suara perempuan tidak ada gunanya. Kunti ditolak mentah-mentah oleh Kurawa.

Utusan kedua, Prabu Drupada juga gagal. Duta ketiga adalah Prabu Kresna. Semua gagal dan perang Baratayuda tak terhindarkan.

Dalam bacaan Injil hari ini menggambarkan bahwa posisi perempuan itu lemah. Suara mereka tidak dipercaya. Yesus menampakkan diri kepada Maria Magdalena.

Lalu Yesus menyuruh Maria untuk memberitahukan kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus. Tetapi ketika mereka mendengar cerita Maria bahwa Yesus hidup, mereka tidak percaya.

Perempuan dalam tradisi Yahudi tidak diperhitungkan. Kita masih ingat di perikope yang lain, waktu Yesus menggandakan roti. Berapa orang yang ikut makan? Limaribu orang laki-laki. Perempuan tidak dihitung.

Hal itu menunjukkan bahwa posisi perempuan sangat lemah, tidak diperhitungkan. Begitu juga dalam perikope ini. Maria Magdalena adalah orang pertama yang dijumpai Yesus yang bangkit. Tetapi omongannya tidak dipercaya oleh murid-murid lain. Yang notabene adalah laki-laki.

Akhirnya Yesus menampakkan diri kepada mereka. Yesus mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.

Memang kaum laki-laki lebih banyak berpikir pakai otaknya. Harus ada penjelasan logis dan bisa dicerna otak. Baru mereka akan percaya. Perempuan lebih instinctif menggunakan perasaan dan hati.

Namun tugas penting di sini disampaikan oleh Yesus, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Tuhan menggunakan aneka cara agar mereka percaya bahwa Dia hidup dan mengutus murid-murid menjadi duta.

Baik laki-laki maupun perempuan sama diutus menjadi duta. Kita diutus menjadi saksi kebaikan Tuhan. Mari kita wartakan….

Pagi-pagi berjemur di mentari.
Lihat rumput hijau tumbuh subur.
Kita semua dipanggil menjadi saksi.
Mewartakan kasih Allah mahaluhur.

Cawas, wouw……
Rm. A. Joko Purwanto Pr