PENDUDUK Afrika mempunyai cara sederhana menangkap monyet. Mereka memasang botol dengan leher panjang dan sempit dan ditanam di dalam tanah. Di dalam botol itu ditaruh kacang kegemaran para monyet.

Mereka memasang pada sore hari. Esoknya mereka menemukan monyet terjebak yang tangangnya tidak bisa lepas dari botol itu. Kenapa?
Ketika mencium aroma kacang, tangan monyet masuk ke leher botol yang sempit.

Ia menemukan kacang dan menggenggamnya. Karena tangan menggenggam kacang maka dia tidak bisa lepas dari botol itu dan terjebak “kethap-kethip” sepanjang malam. Ia ditangkap dan tidak selamat.

Dalam bacaan Injil hari ini Yesus berkata, “Sungguh, sukar sekali bagi orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor untuk masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Surga.” Ini adalah gaya sastra peribahasa. Kita perlu mengerti konteks pemukiman atau kota pada zaman Yesus.

Kota zaman dulu dikelilingi oleh benteng. (Ingat di Kraton Yogya ada “Pojok Beteng Kulon” dan “Pojok Beteng Wetan”). Ini bentuk strategi perang untuk melindungi diri dari musuh.

Selain ada gapura utama, benteng itu juga ada jalan kecil yang hanya bisa dilewati oleh satu orang, seekor unta atau keledai.

Beban atau barang yang dibawa unta harus diturunkan dahulu supaya dia bisa masuk ke kota. Jalan kecil itu disebut “lubang jarum.” Unta akan mudah masuk lubang jarum jika bawaannya dilepaskan.

Sama seperti monyet yang tidak bisa mengeluarkan tangannya karena ia tidak mau melepaskan kacang yang ada dalam genggamannya.

Begitu juga kita tidak akan selamat dan masuk ke dalam Kerajaan Surga kalau kita masih menggenggam dosa-dosa kita; kebencian, irihati, dengki, sakit hati, kesombongan, “jahil methakil, dahwen panasten”, serakah, egois.

Selain itu, kita juga diingatkan bahwa harta kekayaan itu tidak akan dibawa mati. Harta itu seumpama beban yang harus dilepaskan dari punggung unta agar bisa masuk ke dalam kota.

Kekayaan juga harus ditinggal supaya kita masuk ke dalam Kerajaan Surga. Bukan harta melimpah, tetapi kebaikanlah yang kita bawa masuk ke hidup abadi. Semakin harta banyak semakin sulit masuk ke lubang jarum.

Menyeberang di bundaran.
Menuju ke Stasiun Tugu.
Taburkanlah kebaikan.
Maka pintu surga dibuka untukmu.

Cawas, tak jadi ke barat…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr