“KALAU aku disuruh ikut ke neraka ya sorry lah, perempuan zaman sekarang independen, mandiri dan bisa menentukan kehidupan,” kata Anisa.

“Aku ingin punya suami yang bisa membawa kepada kebahagiaan lah, masak milih suami yang gak punya kerja, cuma main judi, mabuk-mabuk, pengangguran,” sahut Angel. “Laki-laki macam gitu mah cuman ngajak ke neraka, sorry ya.”

“Adagium atau pepatah Jawa itu merugikan perempuan. Itu bagian dari penjajahan laki-laki (suami) terhadap wanita (istri). Surga (kebahagiaan) ditentukan oleh suami dan istri, bukan monopoli sang suami. Istri juga bisa menentukan surganya sendiri. Itu pepatah kuno yang harus ditinggalkan. Suami istri punya hak yang sama untuk menentukan nasibnya,” protes si Martha.

Perempuan tidak boleh dipandang sebelah mata sebagai “kanca wingking” atau orang yang di belakang. Zaman dulu perempuan dianggap tidak punya suara, tidak berhak memutuskan sesuatu. Ia harus ikut keputusan laki-laki atau suami.

Perempuan zaman sekarang independen, merdeka, mandiri. Ia punya hak yang sama dengan laki-laki. Ia berhak menentukan nasibnya sendiri.

Perempuan sekarang adalah mitra, partner, teman sekerja dan senasib dengan laki-laki atau suami. Kebahagiaan dicapai dan diusahakan bersama. Laki-laki dan perempuan saling membantu dan melengkapi.

Dalam karya-Nya, Yesus melibatkan para murid dan beberapa wanita. Selain keduabelas rasul yang adalah lai-laki, ada beberapa wanita ikut menyerta-Nya, yakni; Maria yang disebut Magdalena, Yohana istri Khuza, bendahara Herodes, Susana dan masih banyak lagi yang lain. Mereka melayani seluruh rombongan dengan harta kekayaan mereka.

Para wanita itu ikut terlibat dalam karya Yesus. Bahkan Yesus menampakkan diri setelah bangkit justru kepada para wanita. Pewarta pertama tentang kebangkitan adalah wanita.

Jadi para wanita itu adalah penentu, pewarta, bukan “kanca wingking” atau hanya “nunut atau ngatut” saja. Jangan sekali-kali menganggap rendah, remeh para wanita. Kalau mereka dilibatkan, dahsyat jadinya……

Siang-siang memanjat pohon kelapa.
Kelapa muda sungguh segar airnya.
Jika kita mau menghormati para wanita.
Beri mereka hak untuk menentukan hidupnya.

Cawas, diberi handuk bergambar anggrek…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr