Mandalika yang Eksotik.

SEBELUM menjajal sirkuit Mandalika, Lombok, para pembalap MotoGP disuguhi pemandangan eksotik di sekitar arena balap.

Marques mencicipi air kelapa muda yang segar sambil mengagumi pantai yang biru.

Sementara Quartararo berenang, para rider lain ada yang berjemur di pasir putih, bersepeda, bermain volley pantai.

Bastianini yang baru pertama kali ke Indonesia mengeksplorasi pemandangan indah di Lombok dengan menulis status di instagramnya, “Troppo bello” (Sangat indah).

Miguel Oliveira menulis, “What a place. Can’t wait to ride the track.”

Mereka terkagum-kagum dengan keindahan alam Lombok. Mereka mencicipi kegembiraan dan sukacita sebelum menjajal sirkuit Mandalika.

Perjuangan yang sesungguhnya adalah memenangkan pole position di race utama dan meraih juara.

Ini hanya sesi latihan, menjajal track sebelum mereka nanti tampil berlomba di bulan Maret.

Mereka tidak boleh terlena oleh keindahan dan kesenangan. Mereka harus turun dan berjuang di perlombaan yang sesungguhnya.

Setelah Yesus berbicara tentang penderitaan-Nya, Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes naik ke gunung yang tinggi.

Yesus berubah rupa di depan mereka. Yesus menunjukkan keilahian-Nya.

Petrus sangat gembira melihat pemandangan itu. “Rabi, betapa bahagianya kami berada di sini.”

Kalau zaman itu ada medsos, mungkin Petrus dan teman-temannya akan mengunggah status di laman mereka.

Mungkin komen mereka; “Wonderful moment” atau “Amazing.”

Mereka diajak mencicipi kemuliaan Yesus di atas gunung.

Pesan yang paling penting adalah sabda Allah yang berkata, “Inilah Anak-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia.”

Kita diajak mendengarkan dan mengikuti-Nya.

Mengikuti Yesus berarti siap turun gunung dan berani memanggul salib. Inilah perjuangan yang sesungguhnya.

Seperti para pembalap yang tidak boleh terlena pada keindahan alam Lombok, tapi siap berjuang dalam perlombaan.

Begitu pula kita, para murid tidak boleh terlena pada peristiwa rohani di atas gunung, namun berani turun dan terjun di dunia nyata untuk berjuang memanggul salib.

Seperti para nabi, Elia, Yohanes Pembaptis dan juga Yesus yang ditolak, dicemooh, disingkirkan, bahkan dibunuh, kita dipanggil mendengarkan mereka dan siap memanggul salib kita.

Inilah perlombaan sesungguhnya. Kita harus berani terjun di dalamnya. Mari kita siap berlomba memanggul salib kita setiap hari.

Berakit-rakit dahulu
Berenang-renang ke tepian.
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang ke Taiwan.

Cawas, dengarkah Dia….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr