l

SAHABAT saya bercerita bahwa dia masih punya garis keturunan dengan Pangeran Hadiwijaya, Adipati Pajang. Dia adalah generasi ke limabelas dari garis Sang Adipati itu.

Ada sertifikat yang menunjukkan garis keturunan itu. Itu berarti ada darah biru yang mengalir di dalam dirinya.

Kalau saya berbicara atau memohon sesuatu, saya harus menunduk dan menyembah dengan takzim, karena saya hanya rakyat jelata. Mungkin dalam gelar keraton, dia boleh menyandang sebutan Raden Ayu atau sejenisnya.

Saya harus memakai basa krama inggil dalam tradisi Jawa, jika saya berkata-kata. Misalnya, “Nyuwun sewu Den Ayu, punapa kepareng kula badhe sowan lan nyuwun palilah penjenengan….”

Silsilah itu menunjukkan status pribadi dan siapa orang itu. Seorang dari darah biru harus dihormati dan disembah.

Menurut silsilahNya, Yesus dilahirkan oleh Maria, yang bersuamikan Yusuf. Dari garis keturunan, Yusuf berasal dari Daud. Kalau dirunut lebih jauh, Yusuf berasal dari keturunan Yakub, Abraham.

Silsilah itu mau menunjukkan asal-usul seseorang. Dengan demikian Yesus adalah keturunan Daud, keturunan Abraham.

Hari ini kita merayakan Santo Yusuf, suami Maria. Dalam Kitab Suci, tidak bayak diceritakan tentang Yusuf. Data yang tertulis sangat sedikit.

Namun walaupun sedikit, tetapi justru menunjukkan bahwa Yusuf adalah orang yang rendah hati dan tulus. Dia adalah pribadi di balik layar.

Tidak banyak diekspos atau dikisahkan. Namun dalam situasi kritis, dia tampil dan mengambil peran. Dia berani mengambil keputusan untuk memperistri Maria, ketika Maria sudah mengandung.

Saat bayi dan ibuNya terancam oleh Herodes, Yusuf tampil menyelamatkan mereka dengan mengungsi ke Mesir.

Sifat lain dari Yusuf adalah siap siaga dan segera bertindak. Ia segera bertindak dalam situasi darurat dan mendesak. Kitab suci menulis,

“Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.”

Ia tidak menunda-nunda, tetapi sesudah bangun langsung bertindak seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan. Tidak mengulur waktu. Tidak ditambah, tidak dikurangi.

Dalam senyap ia menyelesaikan tanggungjawabnya. Tidak mencari pujian dan penghormatan. Ia dengan tulus dan bangga sebagai pribadi di balik layar. Yang utama adalah Yesus dan Maria, ibuNya.

Sesudah ia dan Maria membawa Yesus ke bait suci, Yusuf dengan tenang dan senyap mundur dari panggung kehidupan. Tidak ada ceritanya lagi.

Mari kita belajar dari Yusuf, semangat tulus, rendah hati, segera bertindak, tanggungjawab, tidak menunda-nunda, tenang, dan sabar. Dan pasti hidup doanya mendalam.

Potong rambut di salon pribadi.
Sudah gratis masih dijamu.
Santo Yusuf yang tulus dan rendah hati.
Ajarilah kami meneladan hidupmu.

Cawas, selamat jalan Dik Giarto, bahagialah di surga.
Rm. A. Joko Purwanto Pr