Gereja Yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik

KITA sering berdoa Aku Percaya atau Credo. Itulah pokok iman kita. Dalam Credo itu kita percaya akan empat sifat Gereja yakni; Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik.

Gereja yang satu didasarkan pada kesatuan Tritunggal Mahakudus. Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kendati tiga pribadi tetapi hakekatnya tetap satu.

Begitu pun Gereja, kendati beraneka ragam namun tetap satu dalam Kristus. Yesus berdoa, “Ya Bapa yang Kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.”

Gereja yang satu terdiri dari; kesatuan dalam pengakuan iman (credo); perayaan ibadat bersama dan sakramen-sakramen; suksesi apostolik di bawah Petrus dan para penggantinya.

Gereja disebut kudus karena Yesus adalah Kudus. Ia adalah kepala Gereja. Sang Kepala itu telah menguduskan anggota-anggotanya dengan mati di kayu salib.

Ia menguduskan Gereja dengan menyerahkan nyawa-Nya sehingga umat disatukan dengan Yesus menjadi kudus. “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran. Firman-Mu adalah kebenaran. Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.”

Gereja berciri katolik karena merangkul semua. Katolik artinya umum, universal, untuk semua. Yesus mengutus para murid-Nya untuk pergi ke seluruh dunia.

“Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.”

Gereja Katolik itu universal berarti mencakup semua orang yang telah dibaptis secara Katolik di seluruh dunia di mana setiap orang menerima pengajaran iman dan moral serta berbagai tata liturgi yang sama di mana pun berada.

Kata universal juga sering dipakai untuk menegaskan tidak adanya sekte-sekte dalam Gereja Katolik.

Konstitusi Lumen Gentium Konsili Vatikan ke II menegaskan arti keKatolikan itu: “Satu umat Allah itu hidup di tengah segala bangsa di dunia, karena memperoleh warganya dari segala bangsa. Gereja memajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaan dan adat istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik. Gereja yang Katolik secara tepat guna dan tiada hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala harta kekayaannya di bawah Kristus Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya” (LG. 13).

Sifat terakhir adalah Apostolik. Dengan ciri ini mau ditegaskan adanya kesadaran bahwa Gereja “dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:20).

Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun, antara para rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup.

Dengan demikian juga menjadi jelas mengapa Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan diri dalam hal ajaran-ajaran dan eksistensinya pada Kitab Suci melainkan juga kepada Tradisi Suci dan Magisterium Gereja sepanjang masa.

Ke Ketapang lewat Nanga Bulik.
Kalau ke Ponti pasti lewat Simpang Dua.
Saya bangga menjadi orang Katolik.
Di dalamnya ada warisan iman yang luar biasa.

Cawas, yang damai-damai saja….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr