“Baju Adat Suku Baduy”

PADA peringatan kemerdekaan RI kali ini, Presiden Jokowi memakai baju adat suku Baduy. Bahasa orang Jawa itu penuh dengan simbol-simbol.

Kira-kira apa yang mau disimbolkan Presiden dengan baju adat Baduy ini.

Yang saya lihat dari suku Baduy adalah kesederhanaan, bermartabat, punya harga diri, mandiri, apa adanya, bebas merdeka.

Suku Baduy hidup sederhana, tidak tercemar oleh hiruk pikuk megapolitan Jakarta. Wilayah Baduy dekat dengan ibukota. Mereka tidak silau oleh gaya hidup metropolitan.

Mereka menjunjung martabat dan harga diri sebagai orang Baduy. Mereka punya tatanan sosial yang sangat kuat. Mereka adalah komunitas yang mandiri dan merdeka.

Suku Baduy tidak pernah dijajah oleh hal-hal berbau asing. Mereka punya kepribadian dan jati diri sendiri. Mereka bangga dengan ke-baduy-an mereka, tetapi tidak memaksakan suku lain jadi Baduy.

Mungkin jati diri yang merdeka, bermartabat dan mandiri ini, yang mau dikatakan oleh Presiden Jokowi ke seluruh warga Indonesia. Jadilah diri sendiri yang bermartabat.

Kalau mau jadi Islam, jadilah Islam Indonesia. Kalau mau jadi Kristen Katolik, jadilah Katolik Indonesia. Kalau mau jadi Hindu, jadilah Hindu Indonesia. Kalau mau jadi Budha, jadilah Budha Indonesia. Kalau mau jadi Konghucu, jadilah Konghucu Indonesia.

Dari bajunya, kita bisa melihat kepribadian seseorang. Betapa Indonesia ini kaya budaya dan karakter sebagai bangsa.

Jokowi mengajak kita untuk mencintai kepribadian bangsa sendiri. Baju suku Baduy lebih cocok dipakai di sini daripada baju orang dengan empat musim. Di sini tidak ada gurun pasir, kenapa harus pakai baju gurun?

Yesus memberi perumpamaan tentang pesta perjamuan nikah. “Hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya.”

Orang yang diundang pesta harus menyesuaikan diri dengan suasana pesta. Ia harus memakai baju pesta. Orang pesta kok memakai baju pantai, ya ditertawain.

Orang Indonesia ya pakai baju Indonesia, masak pakai baju astronot yang hanya kelihatan matanya?

Kalau tidak mau menyesuaikan dengan baju pesta, raja itu punya wewenang mengusir tamu yang tidak sopan itu.

Raja berkata, “Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap; di sana akan ada ratap dan kertak gigi.”

Kayaknya ada deh astronot yang dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap gara gara memaksakan diri pakai baju planet asing.

Kalau ada tamu memakai baju asing, ikut menikmati jamuan pesta di rumah kita, hidup dari hasil bumi kita, makan minum seenaknya, kok berani-beraninya mau menurunkan gambar presiden, lalu menurunkan patung Garuda Pancasila, merusak aturan bersama. Tamu seperti itu ya harus diusir keluar dari rumah kita.

Saya memaknai bahasa simbol Jokowi seperti itu, ketika beliau memakai baju adat suku Baduy di pesta kemerdekaan kemarin.

Ini lho baju asli orang Indonesia yang punya karakter dan bermartabat. Jangan mau diganti baju asing yang tidak cocok dengan jati diri bangsa. Itulah pesan yang mau disampaikan.

Halus tapi menohok. Kalau masih punya hati nurani.

Pada pesta proklamasi, Pak Presiden pakai baju adat Baduy.
Kita bangsa yang mandiri, kita setia jaga NKRI.

Cawas, salam merdeka….
Rm. Alex. J. Purwanto, Pr