BAPAK selalu menasehati supaya sampah-sampah dedaunan tidak dibakar, tetapi dikumpulkan dalam sebuah lubang. Tujuannya supaya membusuk dan bisa menjadi humus, yakni bunga tanah yang akan menjadi bahan makanan bagi tanaman. Kalau tanah itu banyak humusnya dia akan subur dan bisa ditanami berbagai jenis tanaman, karena di situ ada banyak makanan bagi tumbuh-tumbuhan.

Bahan-bahan organik, terutama daun-daun yang membusuk bercampur dengan tanah banyak mengandung unsur hara yang akan menyuburkan tanaman. Di kebun banyak pohon-pohon yang berguguran. Daun-daunnya dikumpulkan di “jogangan” Di tempat-tempat seperti itu biasanya tanahnya subur.

Yesus mengungkapkan suatu perumpamaan, ”Adalah seorang penabur keluar menaburkan benih. Waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak-injak orang dan dimakan burung-burung di udara sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan tumbuh sebentar, lalu layu karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di semak-semak berduri sehingga terhimpit sampai mati oleh semak-semak yang tumbuh bersama-sama. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, lalu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat.”

Penjelasan selanjutnya adalah, bahwa benih itu adalah sabda Allah. Yang jatuh di pinggir jalan adalah orang yang telah mendengarnya, kemudian datanglah iblis, lalu mengambil sabda itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.

Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang menerima sabda, tetapi tidak berakar. Mereka hanya percaya sebentar saja dan dalam pencobaan mereka murtad.

Yang jatuh di dalam semuk duri adalah orang yang menerima sabda itu, lalu mereka dihimpit oleh kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan dunia, sehingga tidak menghasilkan buah yang matang.

Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda dan menyimpannya dalam hati yang baik, dan menghasilkan buah yang banyak.

Tanah macam apakah kita ini bagi sabda Allah? Apakah kita menghasilkan buah-buah yang baik sehingga banyak orang merasakan hidup lebih baik karena ada di sekitar kita? Apakah kita menjadi tanah yang banyak humusnya?

Tanah yang baik menyuburkan tanaman.
Hidup yang baik menyuburkan persaudaraan.

Cawas, kalung emas….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr