AWAL tahun 2020 di Purworejo digegerkan dengan munculnya Keraton Agung Sejagat yang dipimpin oleh Sinuwun dan Kanjeng Ratu.

Nama asli Sinuwun itu adalah Totok Santosa Hadiningrat dan Sang Kanjeng Ratu Dyah Gitarja itu bernama Fanny Aminadia.

Ada ratusan orang menjadi pengikut Keraton Agung Sejagad. Mereka diiming-imingi gaji,honor dan kedudukan di keraton.

Mereka bahkan rela menyetorkan sejumlah uang agar bisa mendapatkan gaji, honor atau pangkat di kerajaan ilusi itu.

Mengapa ada orang yang mudah tergiur oleh hal-hal irasional seperti itu? Bisa jadi karena orang ingin keluar dari sebuah tekanan rasional yang membebani hidup.

Bisa jadi ada orang yang punya motif ekonomi. Bisa jadi ada yang tidak tahu menahu sehingga mudah dikelabui.

Dalam bacaan Injil hari ini, orang-orang Farisi datang kepada Yesus dan bertanya, “Murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, mengapa murid-muridMu tidak?”

Orang Farisi adalah orang yang taat hukum. Jadi mereka sangat paham tentang aturan-aturan dan adat istiadat. Pertanyaan itu muncul karena ada kebiasaan baru yang dibawa oleh murid-murid Yesus ketika mereka tidak berpuasa.

Motif mereka bertanya lebih untuk mencari dasar alasan mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa. Mereka bukan orang bodoh.

Ada fenomena apa di tengah masyarakat kita, sehingga munculnya keraton-keraton “baru” memiliki banyak pengikut? Ada Keraton Agung Sejagad. Muncul lagi Sunda Empire.

Mungkin di tengah kita sedang ada kebingungan massal. Ada persoalan hidup yang tidak mampu dicarikan solusinya.

Kemudian orang ingin lari dari realitas yang membelenggu. Dan mereka menemukan sebuah pijakan dengan munculnya keraton atau empire ini.

Yesus tidak menjawab persoalan itu dengan iming-iming yang memanjakan, sebuah dunia “ekstase psikologis”.

Tetapi memberikan penjelasan rasional bahwa “Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang sudah tua, karena jika demikian, kain penambal itu akan mencabiknya. Begitu juga tak seorang pun mengisikan anggur baru ke dalam kantong kulit yang sudah tua. Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”Jawaban yang logis realistis.

Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagad itu tidak memberi jawaban logis dan realistis. Tetapi jawaban semu yang menina-bobokan dan menipu orang.

Kita harus tahu betul tentang aturan-aturan. Tidak boleh hanya ikut-ikutan. Kalau hanya ikut-ikutan, kita akan mudah ditipu oleh jawaban-jawaban yang tidak realistis dan utopis belaka.

Kita harus paham, mengapa kita berpuasa, untuk apa puasa itu. Tidak asal ikut aturan belaka. Jangan hanya ikut-ikutan.

Di Purworejo sedang ada kasus
Orang menyebut diri sebagai raja
Kalau kita mengikuti Yesus
Memang harus berani beda

Cawas. Bunga Anggrek Merah
Rm. A. Joko Purwanto Pr