“Mencari-cari Kesalahan”

ADA sebuah pengalaman. Orang kesasar masuk ke simpang susun Semanggi. Dia jadi gusar dan marah-marah. Karena kesasar dia harus berputar balik. Akibatnya waktu tempuh menjadi jauh dan lama. Dia lalu menyalahkan si pembuat simpang susun. Karena kesasar, orang itu menjadi marah dan jengkel, lalu mencar-cari kesalahan megaproyek zaman Ahok itu. Proyeknya disalahkan. Si pembuat kebijakan disalahkan. Semua disalahkan.

Di rimba lalu lintas Jakarta, mestinya orang pandai membaca rambu-rambu. Atau di zaman google maps sudah canggih gini, kenapa tidak minta bantuan “mbah Google” untuk dipandu.

Mencari kesalahan orang itu memang paling mudah, tetapi tindakan itu justru menunjukkan seberapa tingkat kepribadian orang. Banyak orang menjadi sok pandai, sok ahli. Pinter merangkai kata-kata, menyalahkan pemimpin, kebijakan ini salah, kebijakan itu salah. Seorang perempuan di dewan dengan menggebu-gebu menyalahkan kebijakan vaksinasi.

Mengkritik kebijakan boleh, tetapi berilah solusi. Jangan asal ngomong saja. Ingat nasehat Bu Tejo, “Jadi orang itu mbok yang solutif.” Bu Tejo yang perempuan desa saja bisa berpikir solutif, masak para elite hanya bisa menyalahkan.

Orang-orang Farisi itu mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Yesus tidak ambil pusing. Bagi Yesus keselamatan orang lebih penting dari segala aturan-aturan.

Ia mengundang orang yang sakit sebelah tangannya. Ia bertanya kepada mereka; “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang? Mereka diam tak menjawab.

Orang-orang Farisi itu mencari-cari kesalahan Yesus. Melanggar aturan demi menyelamatkan orang itu bisa dilakukan. Mobil ambulance itu boleh melanggar aturan lalu lintas demi menyelamatkan nyawa orang. Mereka itu sebenarnya tahu, tetapi degil hatinya.

Mari kita tidak degil hati supaya tidak mudah mencari-cari kesalahan orang lain.

Sinar mentari muncul di cakrawala.
Memberi terang bagi seluruh umat manusia.
Tidak ada orang atau kebijakan sempurna.
Tetapi lebih baik jika kita membantu sesama.

Cawas, piknik ke taman anggrek….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr