Kualitas Anak Allah; Murah Hati.

AVUL Pakir Jainulabdeen Abdul Kalam atau yang biasanya disebut dengan APJ Abdul Kalam merupakan Presiden India ke 11 dari tahun 2002-2007.

Beliau cerita: Suatu hari ibu menyiapkan makan malam setelah sehari bekerja keras. Ia menghidangkan sabzi (sayuran dengan rempah dan kari) dan roti gosong.

Ayahku makan dengan enak dan tidak menunjukkan reaksi kecewa atau marah. Aku mendengar ibu meminta maaf karena roti gosong.

Aku tidak pernah lupa apa yang dikatakan ayahku, “Sayang, sesekali aku juga menyukai roti gosong.”

Sebelum tidur aku bertanya pada ayah, apa ayah benar-benar menyukai roti gosong?

Ayah memelukku dan berbisik, “Ibumu telah bekerja berat sepanjang hari. Roti gosong tidak pernah menyakiti siapapun. Kata-kata kasarlah yang akan menyakiti.

Kau tahu nak, hidup ini penuh ketidak-sempurnaan. Ayah pun bukan lelaki sempurna dan belajar menerima ketidaksempurnaan.

Hidup ini singkat, jagalah tutur kata dan tingkah laku kita, jangan sampai menyakiti orang-orang di sekitar kita.”

Aku tidur dalam pelukan mimpi yang sangat indah.

Dalam Injil hari ini, Yesus mengingatkan kita sebagai anak-anak Allah. Kualitas anak Allah ya meniru sikap Allah sendiri, yaitu murah hati.

Yesus bertanya, “Kalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun mengasihi orang-orang yang mengasihi mereka.”

Kualitas anak Allah berbeda dengan orang berdosa. Mereka hanya mengasihi orang-orang yang mengasihi mereka; yang sepaham, seide, seagama, sealiran, satu budaya, satu bahasa.

Anak Allah harus bisa mengasihi semua orang bahkan yang tidak sealiran, seagama, juga yang berbuat jahat sekalipun.

“Kalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.”

Orang serumah saja kadang berbeda pendapat – lihat contoh keluarga Abdul Kalam di atas – apalagi di suatu masyarakat atau bangsa.

Silang pendapat, beda cara pandang adalah hal biasa. Jangan mudah marah dan berlaku kasar, yang justru menyakiti.
Tetaplah mengasihi dan berlaku baik.

“Hidup ini hanya sebentar,’ kata ayah Abdul Kalam. “Jangan menyakiti orag-orang tercinta.”

Kualitas anak Allah nampak bagaimana kita bersikap terhadap mereka yang memusuhi, menentang, melawan dan berada di seberang kita.

Sikap Daud terhadap Saul dapat menjadi teladan bagi kita. Kendati Saul berbuat jahat dan ingin melenyapkan Daud, tetapi Daud tetap mengasihi dan menghormati Saul. Daud memandang Saul sebagai orang yang diurapi, dipilih Allah.

Mari kita membangun sikap hidup sebagai anak-anak Allah. Kita perlu memiliki cara pandang bagaimana Allah memandang kita.

Allah kita itu baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterimakasih dan terhadap orang-orang jahat.

Hendaklah kita murah hati sebagaimana Bapa murah hati adanya.

Lihat lava gugur dari kawah,
Meluncur jauh ke arah Muntilan.
Berlakulah sebagai anak Allah,
Berani mengasihi tanpa membedakan.

Cawas, mari murah hati….
Rm. A.Joko Purwanto, Pr