KETIKA Semar ingin membangun Kahyangan, terjadi pro dan kontra. Awalnya hanya sedikit yang mendukung. Banyak pihak menentang keinginan Semar. Kresna, Baladewa dan pihak Kurawa yang disetir oleh Pandita Durna memprovokasi untuk tidak setuju.

Mereka melawan Semar dan anak-anaknya. Bahkan genderang perang ditabuh, supaya anak-anak Pandawa dan Kurawa menangkap Semar biang keroknya.

Hanya Ontosena yang mampu melihat kebenaran. Dengan hati bening dan pikiran jernih dia mengakui bahwa Semar benar. Ontosena tahu bahwa yang dibangun Semar bukan soal tempat, tetapi moral manusia agar hidup damai aman tentram.

Ontosena tidak mau terprovokasi. Ia justru berjuang di belakang Semar dan anak-anaknya. Ontosena berprinsip, benar adalah benar dan salah adalah salah. Tidak bisa yang benar disalahkan atau yang salah dibenarkan.

Kehadiran Yesus menimbulkan pertentangan di tengah masyarakat. Ada yang mengakui bahwa Yesus adalah Mesias. Ada pula yang percaya bahwa Dia adalah seorang nabi besar.

Tetapi imam-imam kepala dan orang-orang Farisi tidak mau menerima Dia. Mereka memprovokasi orang banyak dan menyuruh penjaga-penjaga untuk menangkap-Nya.

Tetapi para penjaga itu justru melihat siapa Yesus sesungguhnya. Hati kecil mereka meyakini Yesus utusan Allah. “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu.”

Imam-imam Kepala berusaha menyingkirkan Yesus karena mereka takut kehilangan pengikut. Kedudukan mereka terancam. Mulai banyak yang percaya dan menyeberang. Misalnya Nikodemus.

Keberadaan Yesus adalah ancaman, maka mereka berusaha melenyapkan-Nya. Dicari cara bagaimana menjatuhkan-Nya.

Muncul konspirasi untuk menjatuhkan Yesus. Pebisnis Bait Suci yang ditertibkan pasti tidak suka. Imam-imam kepala dan organisasi kaum saleh di Bait Suci merasa geram karena previlegi dan pundi-pundinya dibongkar.

Para anggota dewan Sanhedrin tidak bisa leluasa bermain kuasa karena pegawai pajaknya ada yang menjadi murid Yesus.

Kelompok sakit hati membuat konspirasi. Begitulah juga yang dialami Yeremia dalam bacaan pertama. Ada pemufakatan jahat menjatuhkan Yesus dan Yeremia.

Berjuang demi kebenaran selalu berhadapan dengan ancaman. Siapkah kita jika harus menghadapinya?

Jika malam tiada nampak bulan,
Pasti sebentar lagi akan muncul bintang.
Bila kita berjuang untuk kebenaran,
Akan banyak kerikil tajam yang menghadang.

Cawas, tetap sabar dan tawakal…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr