“Sila ketiga; Persatuan Indonesia”

PERNAH dalam suatu jamuan kenegaraan, Presiden Soekarno berkunjung ke Yugoslavia waktu itu, beliau bertanya kepada Yosef Bros Tito, Presiden Yugoslavia, kira-kira begini; “Tuan Presiden, apa yang akan anda wariskan sepeninggal anda kepada Rakyat Yugoslavia?” Bros Tito menjawab; ”Saya tidak kawatir karena saya memiliki tentara yang kuat untuk Yugoslavia. Kalau anda Mr. Soekarno?” Tuan rumah balik bertanya kepada tamunya. “Kalau saya tidak akan kawatir, karena saya telah mewarisi kepada rakyatku suatu way of life yakni Pancasila.”

Kita sekarang tahu, Yugoslavia terpecah belah menjadi beberapa negara kecil yakni Serbia, Kroatia, Bosnia dan lainnya. Indonesia tetap bersatu berkat Pancasila yang di dalamnya ada sila ketiga yakni Persatuan Indonesia.

Kita harusnya bersyukur dan berusaha terus menjaga kesatuan dan persatuan Indonesia. Yugoslavia tidak punya way of life seperti Indonesia.

Apa gunanya tentara yang kuat kalau tidak memiliki way of life. Wawasan kebangsaan tentang nilai-nilai Pancasila itu tetap harus tertanam dalam diri setiap warga negara. Apalagi mereka yang dipercaya menjadi pejabat seperti KPK, TNI atau POLRI.

Dalam doa-Nya bagi para murid, Yesus berdoa agar mereka bersatu. “Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau ya Bapa, ada di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau.”

Yesus menghendaki supaya pengikut-Nya bersatu. Tidak mudah memperjuangkan persatuan dalam suatu kelompok atau komunitas. Ada banyak tantangan, baik dari dalam maupun dari luar.

Ada yang merasa diri paling benar, ingin berkuasa. Ada yang punya kepentingan-kepentingan primordial sektarian. Ada yang tidak mau menerima kebhinekaan.

Yesus menekankan di dalam membangun persatuan harus ada kasih. “Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”

Persatuan tanpa kasih tidak akan punya ikatan yang kuat. Dalam Pancasila, kasih itu bisa diwujudkan kepada Tuhan yang maha esa ( sila 1) dan kepada sesama dalam mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab (sila 2), membangun persatuan (sila 3), musyawarah untuk mufakat (sila 4) dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia (sila 5).

Nilai-nilai Pancasila itu searah dengan nilai-nilai Injili, maka kita mesti menjaganya. Membangun Kerajaan Allah kita wujudkan dengan membangun Indonesia yang damai sejahtera.

Yesus mengajak para murid-Nya untuk bersatu. Kita juga diserukan untuk membela persatuan Indonesia.

Lauknya burung puyuh.
Piringnya ada sepuluh.
Bersatu kita teguh.
Bercerai kita runtuh.

Cawas, sekali Pancasila tetap Pancasila…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr