DAHULU istilah “damai” sering kita konotasikan sedikit miring. Istilah itu sering kita dengar di jalan-jalan saat terjadi “tilang”. Polisi mengadakan operasi pelanggaran lalu lintas. Banyak pengendara yang terkena operasi karena tidak membawa SIM, tidak memakai helm atau melanggar rambu-rambu lalu lintas.

Agar tidak disidang di pengadilan, pengendara yang kena “tilang” memohon kebijakan Pak Polisi dengan minta damai. “Damai saja ya Pak” katanya sambil menyodorkan amplop berisi uang agar kasusnya tidak dibawa ke pengadilan.

Damai dalam hal ini sama dengan menyuap. Damai itu bermakna TST yakni tahu sama tahu. Pelanggar lalu lintas tahu bahwa ia salah. Pak Polisi diharapkan sama tahu agar ia tidak menghukumnya dengan menerima sejumlah imbalan.

Tindakan “salam tempel” seperti itu mungkin tidak saja terjadi di jalan, tetapi merambah di segala bidang kehidupan. Penerimaan siswa, karyawan, tenaga kerja, pegawai, tidak luput terjadi salam tempel. Pembuatan perijinan berbagai urusan, dari ijin usaha sampai ijin mendirikan rumah ibadah tidak terlepas adanya salam tempel.

Hari ini dalam Injil Yesus berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, damai sejahteraKu yang Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan bukan seperti yang diberikan dunia kepadamu”.

Kalau damai seperti yang terjadi di jalan, kantor, atau di manapun di dunia ini berarti salam tempel, itu bukan yang diberikan oleh Yesus. Damai yang diberikan dunia itu berarti membiarkan kejahatan atau kesalahan tetap berlangsung asal kita aman-aman saja. Pada akhirnya dunia akan menjadi kacau balau jika damai seperti itu terus terjadi.

Damai sejahtera yang diberikan Yesus adalah damai keselamatan yang utuh. Damai yang benar di dunia ini dan damai yang menyelamatkan sampai di surga. Damai yang dibawa Yesus adalah bersatunya kita yang menjadi muridNya dengan Bapa di surga.

Maka Yesus mengajak kita bersukacita ketika Yesus pergi kepada Bapa. “Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kalian mengasihi Aku, kalian tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada BapaKu, sebab Bapa lebih agung daripada Aku”.

Damai yang dibawa oleh Yesus adalah bersatunya kita dengan Allah Bapa. Yesus pergi kepada Bapa untuk menyediakan tempat bagi kita. Di rumah Bapa ada banyak tempat tinggal. Yesus nanti akan kembali ke dunia untuk membawa kita ke rumah Bapa. Itulah damai yang kita nantikan yakni kita berada di rumah Bapa.

Pergi ke Pontianak melihat gawai
Para pemuda-pemudi menari bersukaria
Yesus datang membawa damai
Agar kita bersatu dengan Bapa di surga

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr