ANOMAN diutus Rama pergi ke Alengka. Ia diutus untuk memastikan bahwa Sinta masih hidup dan tetap setia kepadanya.

Maka diberikan kepada Anoman cincin perkawinan Rama. Jika cincin itu cocok dipakai di jari manis Sinta maka itu tanda kesetiaan Sinta kepadanya.

Anoman berangkat melaksanakan titah Rama. Ia menyelinap masuk di Taman Argasoka dimana Sinta ditawan oleh Dasamuka. Ia mempersembahkan cincin pemberian Rama kepada Sinta. Cincin itu pas dipakai Sinta.

Ketika Anoman pamit pulang, ia diberi “cunduk” oleh Sinta dengan pesan kepada Rama bahwa dia menanti kedatangan Rama untuk membawanya pulang ke Ayodya.

Cincin dan “cunduk” menjadi tanda Anoman sebagai duta yang membawa pesan khusus. Barang itu juga tanda resmi dari yang mengutusnya.

Empatpuluh hari setelah Yesus bangkit, Ia mengajak para murid-Nya naik ke sebuah bukit di luar Yerusalem, yakni di Bukit Zaitus (Mount Olive). Di sana Ia terangkat ke surga dan duduk di sisi Bapa.

Selama empatpuluh hari Yesus meyakinkan para murid bahwa Ia hidup. Ia menampakkan diri dan menyiapkan murid-murid-Nya untuk suatu perutusan baru. “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Selama empatpuluh tahun, Israel mengembara di padang gurun dan diajar Tuhan untuk menjadi suatu bangsa baru. Selama empatpuluh hari Yesus membangun dasar Israel baru di atas iman para rasul.

Gereja adalah Israel baru. Gereja adalah kita semua. Tugas mewartakan Injil itu diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi sampai kita di zaman ini. Kita semua punya tugas untuk memberitakan Injil ke segala penjuru dunia.

Murid-murid Kristus adalah duta atau utusan. Kita semua menerima perutusan agung Tuhan, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.”

Baptisan kita adalah tanda bahwa kita ini mendapat tugas perutusan. Sakramen baptis juga menjadi tanda bahwa Kristus menyertai kita selamanya. Mari kita melaksanakan tugas perutusan ini dimana pun kita berada.

Masuk hutan belantara.
Hanya bawa tongkat semata.
Kita semua adalah pewarta.
Yang membawa Kabar Sukacita.

Cawas, semangat diutus…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr