“Paling Benar Sendiri”

PRESIDEN Jokowi berpidato di dalam sidang tahunan MPR/DPR/DPD tanggal 14 Agustus 2020 di Jakarta. Presiden antara lain berkata,

“Demokrasi memang menjamin kebebasan, namun kebebasan yang menghargai hak orang lain. Jangan ada yang merasa paling benar sendiri, dan yang lain dipersalahkan. Jangan ada yang merasa paling agamis sendiri. Jangan ada yang merasa paling Pancasilais sendiri. Semua yang merasa paling benar sendiri dan memaksakan kehendak, itu hal yang biasanya tidak benar.”

Para hadirin kemudian bertepuk tangan. Entah apa mereka tahu, mereka bertepuk tangan untuk hal yang mana.

Dalam Injil hari ini seorang Saduki mengajukan pertanyaan untuk mencobai Yesus. Dia bertanya, “Guru, hukum manakah yang terbesar dalam hukum Taurat?”

Yesus menjawab, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang utama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Kedua hukum itu kalau dibuat garis menjadi vertikal dan horisontal. Itu berarti gambar salib. Vertikal itu adalah relasi manusia dengan Allah, garis ke atas. “Kasihilah Tuhan Allahmu…..”

Garis horisontal adalah relasi antar sesama manusia, garis menyamping. “”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama itu harus seimbang. Tidak boleh berat sebelah.

Kalau berat sebelah, apa yang dikatakan Presiden Jokowi itu adalah peringatan. “Jangan ada yang merasa paling agamis sendiri. Jangan ada yang merasa paling Pancasilais sendiri. Agama itu garis vertikal yang menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Pancasila itu garis horisontal yang berisi tentang relasi antar manusia; kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan, permusyawaratan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”

Orang beragama sering merasa paling benar sendiri dan memaksakan kehendak. Jokowi bilang, “Semua yang merasa paling benar sendiri dan memaksakan kehendak, itu hal yang biasanya tidak benar.”

Melihat gambar kotak-kotak dan garis-garis di logo peringatan kemerdekaan ke 75 saja sudah paranoid, dianggap gambar salib. Kalau begitu jangan lewat perempatan jalan, buatlah bundaran saja biar tidak melewati salib.

Jangan takut mencintai sesama, juga yang berbeda keyakinan. Karena mencintai sesama itu juga sama dengan mengasihi Tuhan. Yesus berkata, “Hukum kedua, yang sama dengan itu.” Berarti hukum kedua, mengasihi sesama kita sama dengan mengasihi Tuhan, yakni hukum pertama tadi.

Mau tidak mau, suka tidak suka, anda akan selalu ketemu garis vertikal-horisontal. Kalau tidak, hidup anda hanya akan berputar-putar saja, tidak pernah sampai tujuan.

Dekat Tugu namanya Pasar Kembang.
Tempat orang berjualan aneka bunga.
Hiduplah dalam keadaan seimbang,
Mengasihi Tuhan juga mengasihi sesama.

Cawas, menyiram bunga….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr