DATANG pertama di Camp Tigal disambut dengan musim keriang. Keriang adalah nama binatang semacam belalang. Bentuknya seperti garengpung, tetapi suaranya memekakkan telinga.

Ia datang pada waktu malam, menyerbu cahaya lampu. Jumlahnya bisa ribuan. Orang-orang menangkapnya dan memotong bulu, kaki dan kepalanya, lalu digoreng menjadi lauk lezat. Lain waktu muncul “laron” atau anai-anai.

Sehabis hujan pertama mereka muncul. Binatang ini juga mencari cahaya. Kita siapkan lampu teplok dan tampah. Mereka akan menyerbu dan mengerumuni cahaya.

Kita tinggal “ayak” dengan tangan, semua bulunya rontok. Lalu dicuci dan digoreng dengan telur. Hmmm …. nyaman sekali. Tapi awas, kalau alergi bisa “biduren” atau gatal-gatal.

Binatang-binatang ini datang hanya untuk memberi kehidupan. Mereka mengorbankan dirinya untuk burung, kelelawar, tokek, cicak dan juga manusia.

Sekali muncul sesudah itu mati demi kehidupan yang lain. Mereka senang kepada cahaya karena hidup mereka demi kebaikan.

Mereka keluar dari tanah, terbang mencari terang/cahaya dan kemudian mati demi kehidupan yang lain. Mereka mengorbankan diri demi keselamatan makhluk.

Begitu juga kasih Allah kepada manusia. “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Allah mengorbankan Putera Tunggal-Nya untuk keselamatan manusia.

Allah-lah yang lebih dahulu mengasihi manusia. Manusia yang jatuh dalam kegelapan dosa tidak mampu menyelamatkan dirinya. Allah berinisiatif menyelamatkan kita.

Maka Ia mengorbankan Putera Tunggal-Nya untuk kita. Kasih itu terwujud dalam pengorbanan. Keriang dan anai-anai atau “laron” itu mengorbakan hidupnya demi keselamatan yang lain. Yesus mati di salib demi kehidupan kita.

Kita ini “dibela-belain” sampai mati oleh Yesus. Allah membela kita, bukan kita yang membela Allah. Maka marilah hidup dengan kasih dan sukacita.

Marilah kita juga berani berkorban demi orang lain. Kasih yang dibagikan tidak akan hilang, tetapi justru akan makin berkembang. Kasih akan nampak dalam pengorbanan-pengorbanan kita.

Ayam goreng di kulkas sungguh merana.
Dingin membeku tak ada yang membuka.
Kasih Allah kepada manusia begitu nyata.
Yesus dikurbankan dan mati bagi kita.

Cawas, tetap di rumah aja….
Rm. A. Joko Purwanto Pr