“Argentum Ad Nausem”

UNTUK mengalahkan Pandita Dorna yang menjadi senopati Kurawa, Kresna membuat narasi bohong. Ia minta kepada para Pandawa untuk menyebarkan berita bahwa Aswatama mati. Aswatama adalah anak Pandita Dorna. Padahal yang mati adalah seekor gajah bernama Estitama.

Berita bohong itu harus dikumandangkan terus menerus dan berulang-ulang oleh semua prajurit di segala penjuru medan Kurusetra.

Dorna termakan berita bohong itu. Ia putus asa karena anak satu-satunya telah mati. Karena sudah tak punya daya dan harapan, dengan mudah Dorna dipenggal kepalanya oleh Trustajumena. Gugurlah guru dan senopati Kurawa itu.

Paul Yoseph Goebbels adalah menteri propaganda Nazi. Dialah yang mencetuskan teknik propaganda modern. Teknik jitu hasil kepiawaiannya diberi nama Argentum ad nausem atau lebih dikenal sebagai teknik Big Lie (kebohongan besar).

Prinsip dari tekniknya itu adalah menyebarluaskan berita bohong melalui media massa sebanyak mungkin dan sesering mungkin hingga kemudian kebohongan tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran.

Beberapa hari ini kita disuguhi berita pertempuran Israel dan Palestina. Ada sekelompok orang yang menggiring opini bahwa itu adalah perang agama. Gambar dan pesan dibuat sedemikian agar orang percaya bahwa itu perang agama.

Padahal mereka berperang karena perebutan wilayah. Ini perang kemerdekaan. Kita mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka, tetapi jangan diputarbalikkan seolah-olah ini perang agama.

Dalam kutipan Injil terakhir Yohanes ini juga terjadi salah persepsi karena salah menangkap pesan. Ketika Petrus bertanya tentang nasib murid yang dikasihi, Yesus berkata, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.”

Pesan ini ditangkap keliru oleh banyak orang. Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan, “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.”

Yohanes mencatat semuanya itu dalam Injilnya. Dan segala yang ditulisnya adalah kebenaran, bukan kebohongan.

“Dialah murid yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, dan yang telah menuliskannya; dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.

Mari kita punya logika yang cerdas, jangan mudah dibohongi. Kalau kita memiliki kebenaran, maka kita akan diselamatkan.

Ke pasar membeli kue lapis.
Diberi bonus tempe benguk.
Marilah kita berpikir logis kritis.
Jangan mudah ditipu para cecunguk.

Cawas, jernih berpikir waras…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr