HAMPIR satu tahun ibu meninggalkan kami. Tetapi rasanya seperti baru kemarin saja. Sebelum sakit, ibu pernah bilang, “Aku pengin yen ditimbali Gusti ora sah nganggo lara suwe-suwe.” (Kalau nanti aku dipanggil Tuhan, aku ingin tidak pakai sakit lama-lama). Waktu itu aku hanya menjawab tanpa pikir panjang, “Ya doa saja sama Tuhan ta Bu, yang penting nyuwun sehat terus.”

Kurang lebih satu bulan kemudian, ibu terkena stroke. Ini serangan yang keempat kalinya. Kami berusaha semaksimal mungkin agar ibu sembuh. Namun dokter bilang, “Kita berusaha semaksimal untuk ibu. Tetapi kalau selamat, ibu hanya bisa berbaring terus.” Dokter menjelaskan kondisi ibu. Kami tidak henti-hentinya berdoa mohon mukjijat kesembuhan.

Tetapi apa yang dikatakan ibu sebulan sebelumnya benar. Beliau hanya sepuluh hari di rumah sakit. Bapak sudah punya firasat. Bapak berpesan, “Mbok ibumu diberi minyak suci.”

Aku bersama adik, suster dan perawat berdoa untuk menerimakan sakramen perminyakan bagi ibu. Sepanjang hari itu aku menemani ibu. Aku membisikkan di telinganya untuk pasrah kepada Tuhan.

Kunyanyikan lagu “Ndherek Dewi Maria” kesukaan ibu. Esok paginya ibu sungguh-sungguh “ndherek Dewi Maria” diantar menuju rumah Bapa.

Yesus memberi firasat kepada orang banyak ketika Dia berkata, “Aku akan pergi, dan kamu akan mencari Aku. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Orang-orang tidak menangkap firasat itu. Mereka malah menduga kalau-kalau Yesus mau bunuh diri.

Yesus berbicara tentang kematian-Nya. Ia akan kembali kepada Bapa. Ia berasal dari atas, sedang kita manusia berasal dari bawah. Manusia akan kembali menjadi tanah. Yesus akan bangkit kembali kepada Bapa. Orang-orang Farisi tidak mengerti bahwa Ia berbicara tentang Bapa.

Orang baru akan memahami ketika Yesus sudah ditinggikan, yakni tergantung di salib. “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah Dia.”

Kematian memang sebuah misteri. Tetapi misteri itu kadang disingkapkan melalui tanda atau firasat yang sering tidak kita sadari. Ketika peristiwa itu berlangsung, kita baru memahami apa yang sudah diungkapkan sebelumnya.

Yang membuat kita bisa menerima semua misteri itu hanyalah iman. Karena kita percaya, punya imanlah yang membuat kita mampu membuka celah akan aneka misteri kehidupan.

Marilah kita memperkuat iman kita agar semakin memahami maksud Allah yang tersembunyi.

Susah payah membangun rumah,
Lupa memasang pintu jendela.
Betapa tak terselami misteri Allah,
Hanya iman saja yang bisa menolong kita.

Cawas, belajar memahami….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr