DI tempat saya bertugas, di daerah Klaten ada banyak tempat wisata. Saya sering ke Deles, lereng Merapi menikmati keindahan alam yang sejuk. Ada jurang-jurang yang dalam.

Kalau kita berdiri di sisi jurang, dan kemudian kita berteriak, maka akan ada gema yang kembali memantul kepada kita. Kalau kita meneriakkan kata-kata yang baik, gemanya menirukan kata kita itu.

Sebaliknya, kalau kita berteriak yang jelek, kotor dan jorok, ya kata-kata itu yang akan memantul kembali kepada kita.

Selain pemandangan gunung, ada juga wisata air di Rawa Jombor. Saya dulu sering bersepeda ke sana, duduk di tepi rawa.

Saya melemparkan kerikil ke tengah rawa. Ada riak gelombang yang bergulung kembali menuju ke tempat saya. Kalau saya melemparkan batu, maka riak gelombangnya menjadi besar.

Hari ini Yesus berkata, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab pada nabi.”

Seperti hukum gema atau gelombang yang bergulung kembali kepada kita, begitulah gambaran perilaku dan sikap kita terhadap sesama dan lingkungan kita.

Kalau kita ingin dihormati orang lain, hendaklah kita menghormati mereka lebih dahulu. Kalau kita ingin diperlakukan dengan baik, maka perlakukanlah sesama dengan baik pula. Apa yang kita lakukan itu akan kembali kepada kita demikian juga.

Janganlah mengharap orang lain akan menghormati kita, kalau kita tidak mau menghormati mereka. Begitulah kalau terjadi ketidaknyamanan relasi dengan orang lain atau lingkungan sekitarnya.

Kita bisa bertanya pada diri kita sendiri, “Apa yang sudah kulakukan sehingga terjadi miskomunikasi?” Jangan terburu-buru menyalahkan orang lain. Ada aksi pasti ada reaksi.

Begitu pula dengan alam lingkungan di sekitar kita. Mengapa terjadi bencana? Kenapa iklim berubah? Kita tidak bisa menyalahkan alamnya yang salah, tetapi cara kita memperlakukan alam itulah yang salah, sehingga alam murka kepada kita.

Kalau kita ingin alam baik kepada kita, kita pun harus menjaga dan memelihara alam itu dengan baik pula. Kalau kita ingin tidak ada banjir, jangan buang sampah sembarangan, jangan tebang hutan seenaknya. Kalau kita menghormati alam, maka dia juga akan menghormati kita.

Memang berbuat baik itu susah, laksana melalui pintu yang sempit. Tetapi kita tetap berusaha melaluinya supaya memperoleh kehidupan. Niat baik pasti selalu akan diberkati. Bersama Tuhan, kita tebarkan kebaikan.

Mengganti sprei di malam yang pekat.
Butuh penerang lampu yang dicolokkan.
Menabur kebaikan akan menuai berkat.
Menanam keburukan menuai kesusahan.

Cawas, janggelut enak banget…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr