Zhai lou de huangyan que tao buguo tian yan
(Kebohongan yang disembunyikan tak akan lepas dari mata langit).

Demikianlah sepenggal syair dari lagu berjudul Wu (Kesadaran) soundtrack Film Shaolin. Lagu ini mengharu biru perasaan kita saat seluruh penghuni biara Shaolin melarikan diri karena tempat mereka dibumihanguskan oleh tentara.

Mereka memandangi puing-puing kuil dan asap yang membubung tinggi dari kejauhan dengan wajah penuh kesedihan. Biara yang hanya mengajarkan kebaikan itu dihancurkan oleh kebengisan kekuasaan.

Mereka melangkah dengan gontai, dan hati mereka berbisik, “Becik ketitik, ala ketara”. Di kelak kemudian hari, yang baik dan yang buruk akan kelihatan, muncul dengan sendirinya.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berkata, “Tidak ada orang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur; tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah melihat cahayanya. Sebab tiada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tiada suatu rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.”

Kebaikan dan keburukan sekalipun disembunyikan suatu saat akan disingkapkan.

Kehidupan itu berjalan seperti roda. Kadang ada di atas kadang ada di bawah. Kadang kita mengalami kesuksesan, namun kadang kita juga jatuh di bawah.

Tak ada sesuatu pun di dunia ini yang tersembunyi. Mata langit selalu memandang kita dengan kelembutannya. Pada saatnya dia akan menyingkapkan kebenaran.

Nasehat bijaknya adalah selalu dan senantiasa tebarkan kebaikan. Nyalakan pelita kebaikan agar menerangi kegelapan sekitarnya. Teruslah berbuat baik.

Kebaikanmu akan dicatat oleh langit dan disiarkan oleh angin. Jangan menyimpan nyala pelitamu di bawah tempat tidur, tetapi taruhlah di atas kaki dian.

Zhong ke shan yin pei ni zou hao mei yi tian
(Biarkan aku menanam benih kebaikan dan menemanimu menjalani hidup ini)

Sore hari bermain layang-layang
Layang putus jatuh di balik bukit
Pasanglah pelitamu di atas gantang
Kebaikanmu abadi di tangan langit

Cawas, suatu sore yang indah
Rm. A. Joko Purwanto Pr